Reporter: Abdul Basith Bardan | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menyalurkan bantuan beras untuk masyarakat selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19).
Bantuan beras diberikan untuk membantu masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19. Namun, penyaluran beras yang dilakukan ke seluruh wilayah Indonesia itu tidak mudah.
PT Pos Indonesia (Persero) selaku penyalur bantuan beras mengungkapkan sulitnya akses daerah penyaluran. Salah satu cara penyaluran dilakukan dengan menggunakan perahu di Maluku.
Bahkan, penyaluran pun sempat mengalami kendala dengan terbaliknya perahu yang membuat beras basah dan tak bisa disalurkan. Namun, beras untuk bantuan masyarakat tersebut kembali diganti oleh penyedia beras yakni Perum Bulog.
Baca Juga: Perum Bulog pastikan akan ganti beras bansos yang rusak
"Semua kejadian kerusakan, kehilangan, atau akibat kecelakaan, beras diganti," ujar Direktur Utama PT Pos Indonesia Faizal Rochmad Djoemadi saat konferensi pers, Kamis (12/8).
Selain akses, PT Pos juga memastikan penerima bantuan beras tepat sasaran sesuai data yang diberikan Kementerian Sosial. Oleh karena itu terdapat sejumlah verifikasi dalam proses pengambilan beras tersebut.
Tidak hanya PT Pos, DNR Corporation yang juga menjadi mitra penyaluran bantuan beras juga mengalami kesulitan akses. Terutama pada wilayah Papua dam Papua Barat yang mengharuskan menggunakan pesawat perintis.
"Sampai akhir penugasan ini kami perkirakan sekitar 45-50 pesawat carter," terang CEO DNR Corporation, Rudy Tanoesudibjo.
Rudy menyebut pesawat perintis diperlukan untuk menyalurkan beras di daerah pegunungan di Papua dan Papua Barat. Jalan yang sulit membuat pengiriman tak dapat dilakukan dengan mobil.
Sebagai informasi, pada tahap pertama pemerintah telah menyalurkan 200.000 ton beras kepada 20 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Hal tersebut dilanjutkan pada tahap kedua dengan sasaran 8,8 juta KPM.
Selanjutnya: Pentingnya Kesehatan Fisik, Mental dan Sosial di Masa Pandemi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News