kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Subsidi BBM Membengkak, Jokowi: Alhamdulillah Kita Masih Kuat Menahannya


Selasa, 02 Agustus 2022 / 06:43 WIB
Subsidi BBM Membengkak, Jokowi: Alhamdulillah Kita Masih Kuat Menahannya
ILUSTRASI. Presiden Joko Widodo


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada acara Zikir dan Doa Kebangsaan 77 Tahun Indonesia Merdeka, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menceritakan mengenai krisis yang kini di alami semua negara. Ia menyebut, belum usai pandemi Covid-19, dunia kembali dilanda krisis lantaran meletusnya perang antara Ukraina dan Rusia.

"Baru akan melakukan pemulihan tapi muncul keadaan yang tidak kita perkirakan sebelumnya. Sakitnya belum sembuh, muncul yang namanya perang di Ukraina sehingga semuanya menjadi bertubi-tubi menyulitkan semua negara. Hampir semua negara sekarang ini berada dalam posisi yang sangat sulit," kata Jokowi, Senin (1/8).

Namun, masyarakat patut bersyukur meski krisis pangan dan energi melanda dunia, harta bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia masih tergolong lebih rendah dibandingkan negara lain.

Ia menyebut, di negara lain harga BBM mencapai Rp 31.000 hingga Rp 32.000 perliter. Sedangkan di Indonesia untuk pertalite masih di angka Rp 7.650. Harga ini didapatkan setelah dilakukan subsidi besar-besaran oleh negara.

Jokowi mengatakan, dana subsidi untuk BBM terus mengalami kenaikan. Dimana anggaran subsidi yang ditanggung negara meningkat dari Rp 170 triliun kini sudah membengkak menjadi Rp 502 triliun.

Baca Juga: Soal Wacana Pembatasan Penyaluran Pertalite, Begini Perkembangnnya

"Negara manapun nggak akan kuat menyangga subsidi sebesar itu. Tapi sekali lagi Alhamdulillah kita masih kuat menahannya sampai sekarang. Ini yang patut kita syukuri bersama-sama," imbuhnya.

Demikian juga dengan pangan. Di negara lain kenaikan bahan pangan sudah menginjak level 30% hingga 50%. Terlebih bagi negara yang mengonsumsi gandum sebagai bahan pangan pokok.

Kondisi saat ini ditegaskan merupakan situasi yang sangat sulit sekali bagi semua negara di dunia. Pasalnya harga pangan dan energi mahal, ditambah dengan ketersediaannya yang langka.

Jokowi menceritakan, seperti gandum saat ini ketersediaan tidak ada karena dampak dari adanya perang. Dari hasil pertemuannya dengan Presiden Ukraina, Jokowi menceritakan bahwa stok gandum di negara tersebut mencapai 77 juta ton. Dimana 22 juta ton tertahan di gudang dan 55 juta ton sedang dalam proses panen.

Namun, semua stok gandum di Ukraina tersebut tak dapat didistribusikan lantaran terjadinya perang.

"Ada 77 juta ton gandum diam di Ukraina, nggak bisa keluar karena perang. Saya bicara satu setengah jam dengan Presiden Zelenskyy. Ke Moskow ketemu Presiden Putin dia cerita juga pada saya stok gandum di Rusia itu 130 juta ton. Berarti Ukraina plus Rusia jumlah stok gandum nya ada 207 juta ton, bukan 207 ton, 207 juta. Inilah yang sekarang ini menyebabkan 330 juta orang kelaparan," cerita Jokowi.

Baca Juga: Harga BBM Shell Turun Banyak, Ini Harga BBM Pertamina per Agustus 2022

Jika kondisi peperangan tak kunjung usai, dapat diperkirakan kemungkinan 6 bulan mendatang akan ada 800 juta orang kelaparan dan kekurangan makan akut. Namun, kembali masyarakat Indonesia patut bersyukur karena stok beras di dalam negeri masih tersedia.

"Sekali lagi Alhamdulillah beras di Indonesia juga masih bisa kita cari dan tidak naik sama sekali. Ini patut kita syukuri berkat kerja keras Bapak, Ibu, saudara-saudara semuanya berkat ikhtiar kita gotong royong," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×