kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Stimulus untuk masyarakat menengah atas dinilai tak akan mempan mengerek permintaan


Minggu, 17 Mei 2020 / 11:10 WIB
Stimulus untuk masyarakat menengah atas dinilai tak akan mempan mengerek permintaan
ILUSTRASI. Kemenkeu menganggarkan dana sebesar Rp 25 triliun untuk voucer makanan dan dukungan pariwisata.


Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menganggarkan dana sebesar Rp 25 triliun yang dialokasikan untuk voucer makanan melalui aplikasi online, dan dukungan pariwisata berupa diskon tiket, hotel, dan lain sebagainya untuk meningkatkan konsumsi masyarakat golongan menengah-atas.

Insentif tersebut bertajuk Stimulus Permintaan dengan tujuan untuk memberikan dukungan pariwisata melalui pemberian diskon tiket, hotel, voucher makanan melalui aplikasi online dengan fokus penerima insentifnya adalah masyarakat.

Hal ini merupakan salah satu bagian dari strategi pemerintah atas program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dalam rangka penanganan dampak virus Corona (Covid-19) terhadap ekonomi dalam negeri.

Baca Juga: Pemerintah akan jalankan insentif untuk sektor pariwisata, tapi ada syaratnya...

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Riza Annisa Pujarama menilai, apabila kebijakan tersebut diimplementasikan dalam waktu dekat, maka dapat dipastikan tidak akan berjalan efektif. "Saya rasa awareness masyarakat golongan menengah ke atas mengenai pandemi Covid 19 lebih tinggi, sehingga akan lebih rasional dalam hal berwisata jika kesehatan adalah taruhan," ujar Riza kepada Kontan.co.id, Minggu (17/5).

Dia melanjutkan, ketika masyarakat percaya dan merasa aman dari pandemi ini, maka konsumsi masyarakat menengah-atas bisa mulai terkerek naik. Hal tersebut dapat dipicu oleh kurva penyebaran yang bisa ditekan atau menurun.

Apabila kondisi tersebut dapat dipenuhi, maka implementasi new normal dengan tetap memperhatikan protokoler kesehatan Covid-19 bisa terwujud dan insentif pemerintah bisa berjalan. "Konsumsi bisa mengikuti ketika semuanya sudah lebih terkendali. Bantuan untuk kelas menengah perlu dipertimbangkan, apalagi konsumsi masyarakat kelas menengah drop karena dipengaruhi faktor penghasilan," jelasnya.

Baca Juga: Fokus mendongkrak konsumsi rumah tangga, ini stimulus yang digelontorkan pemerintah

Banyaknya pendapatan masyarakat kelas menengah yang turun atau bahkan dirumahkan, berpengaruh pada terbatasnya tingkat konsumsi masyarakat kelas menengah. Riza merasa, saat ini yang menjadi kebutuhan prioritas bagi golongan menengah ke atas adalah kebutuhan primer, sehingga konsumsi barang tersier masih akan sulit naik.

Apalagi, prediksi kapan pandemi ini berakhir atau menuju keadaan new normal pun belum bisa terlihat. Pasalnya, kurva penyebaran virus masih terus meluas dan menyebabkan masyarakat golongan menengah-atas cenderung menahan konsumsi.

Namun demikian, Riza tidak menutup kemungkinan apabila bantuan sosial (bansos) berupa bantuan langsung tunai (BLT) bisa ditambah dari segi waktu dan jumlah penerima, maka konsumsi rumah tangga bisa berpotensi sedikit meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×