Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memproyeksi kinerja nilai tukar rupiah memiliki kecenderungan untuk terus menguat. Hal ini sejalan dengan prospek pemulihan ekonomi global dan domestik serta menggeliatnya aktivitas perdagangan.
Menkeu mengatakan pemulihan ekonomi mendorong kinerja neraca dagang sisi ekspor dan impor mulai pulih. Hal ini juga berpotensi akan menyebabkan kembali terjadinya normalisasi defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) yang tadinya surplus kembali menjadi defisit maka akan menentukan kinerja rupiah selanjutnya.
Kemudian, Menkeu bilang penguatan rupiah akan didorong oleh perkembangan pasar keuangan domestik yang saat ini relatif mulai stabil. Setelah mengalami volatilitas pada bulan Maret 2021.
Baca Juga: Untuk naikkan suku bunga acuan, ekonom lihat BI akan bergantung pada 3 kondisi ini
“Aliran inflow kembali ke emerging market juga termasuk dalam tren positif. Hal positif lain di dalam pemulihan perekonomian global adalah perdagangan global yang menunjukkan perbaikan seperti Index Baltic Dry yang konsisten di level yang cukup tinggi, PMI manufaktur Global,” kata Menkeu saat Rapat Kerja bersama Badan Anggaran, Senin (31/5)
Lalu, penguatan nilai tukar rupiah juga didorong dari stance kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan masih akomodatif. Apalagi pemulihan di Negeri Paman Sam telah mendorong domestik demand, dusinflasi meningkat.
Kendati demikian, Menkeu menekankan pemerintah juga mewaspadai kebijakan The Fed. Pasalnya saat ini AS tengah dihadapkan pada situasi kenaikan inflasi April hingga 4,2%, hal ini dapat memicu gejolak kembali di pasar keuangan khususnya terkait aliran modal asing ke berbagai negara termasuk Indonesia.
“Namun tidak bisa dinafikan bahwa outlook inflasi Amerika akan menimbulkan pressure bagi kebijakan moneter Amerika untuk diperketat. Pasti akan menimbulkan dinamika capital flow seperti yang terjadi pada bulan Maret yang lalu di mana spekulasi dan reaksi terhadap inflasi Amerika yang mencapai 4,2 bulan April menimbulkan Gejolak di dalam capital flow," ujar Menkeu.
Baca Juga: Ini risiko yang akan dihadapi Indonesia saat terjadi pengetatan moneter di AS
Adapun Sri Mulyani memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada 2021 - 2025 antara lain, tahun 2021 nilai tukar rupiah diproyeksikan antara Rp 14.200 - Rp 14.800, dengan outlook Rp 14.450. Tahun 2022 nilai tukar rupiah antara Rp 13.900 - Rp 15.000
Tahun 2023 nilai tukar rupiah antara Rp 13.800 - Rp 15.000. Tahun 2024 nilai tukar rupiah di kisaran Rp 13.600 - Rp 15.000. Lalu, tahun 2025 nilai tukar rupiah diperkirakan berada di rentang Rp 13.500 - Rp 15.000.
Selanjutnya: Kapan Bank Indonesia akan kerek suku bunga acuan? Ini kata gubernur BI
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News