Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
PEREKONOMIAN INDONESIA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kondisi perekonomian global semakin melemah. Hal tersebut ditunjukkan dari data Purchasing Managers Index (PMI) periode Juni 2023.
Data PMI menunjukkan, kondisi manufaktur mayoritas negara yang dilakukan pencatatan mengalami kontraksi atau skor PMI di bawah 50. Tercatat PMI 61,9 persen negara dunia berada pada level kontraksi.
"Kondisi global memang menunjukkan kecenderungan pelemahan yang semakin terlihat," ujar Sri Mulyani, dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Juli 2023, Senin (24/7/2023).
Melansir Infopublik.id, salah satu tanda pelemahan ekonomi global ditunjukkan oleh PMI manufaktur global yang terus kontraktif, termasuk di Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Vietnam, Italia, Brazil, Afrika Selatan, dan Singapura.
Tiongkok, Thailand, Filipina, India, dan Rusia berada di zona ekspansi namun melambat. Sementara itu, PMI Indonesia bertahan di zona ekspansi, antara lain bersama Turki dan Meksiko, bahkan kembali menguat di bulan Juni 2023.
Baca Juga: Sri Mulyani Beberkan Hasil Pertemuan G20 India
“Amerika, Eropa, Jerman, Perancis, Inggris, Jepang, Korea merupakan negara-negara yang selama ini mempengaruhi perekonomian dan perdagangan dunia. Sehingga pelemahan dari PMI negara-negara ini memang perlu untuk kita waspadai. Apakah ini kecenderungan akan terus melemah dan tentu pada akhirnya mempengaruhi kondisi dan kinerja perekonomian global,” ungkap Menkeu.
Lantas, bagaimana dengan perekonomian Indonesia?
Meski perekonomian global masih menghadapi berbagai tantangan, namun ekonomi domestik tetap terjaga solid.
Menurut Sri Mulyani, hal tersebut ditandai dengan neraca perdagangan yang kuat, aktivitas konsumsi yang bertumbuh, dan inflasi yang terkendali.
Selain itu, kinerja APBN 2023 hingga Semester I juga tetap kuat seiring pendapatan negara yang terjaga positif meski menunjukkan tren perlambatan, dan kinerja belanja negara yang bertumbuh.
Baca Juga: Kemenkeu Cairkan Anggaran Perbaikan Jalan Rp 7,45 Triliun
“Di satu sisi, optimisme yang memberikan kita keyakinan hingga kuartal kedua nampaknya berbagai indikator Indonesia masih cukup positif, namun tanda-tanda terjadinya rembesan dari pelemahan global sudah mulai terlihat dari beberapa indikator kita,” jelasnya.
Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) masih mencatatkan surplus hingga bulan ke-38, meskipun ekspor melambat sejalan dengan pelemahan global. Surplus NPI bulan Juni 2023 mencapai US$ 3,45 miliar, sedangkan secara akumulatif (Jan-Jun 2023) mencapai US$ 19,93 miliar. Kinerja ekspor bulan Juni 2023 tercatat US$ 20,61 miliar (turun 21,2%, yoy), sementara impor tercatat US$ 17,15 miliar (turun 18,3%, yoy).
Di sektor moneter dan keuangan, kinerja pasar keuangan domestik tetap positif di tengah berlanjutnya sentimen kebijakan moneter global. Nilai tukar Rupiah tetap melanjutkan tren apresiasi sejak awal tahun 2023 (menguat 4,7%, ytd), sedangkan indeks Dolar AS masih melemah.
Selain itu, arus modal asing masih mencatatkan inflow hingga minggu III bulan Juli 2023, di mana arus masuk ke pasar SBN mencapai Rp 86,18 triliun (ytd) dan arus masuk ke pasar saham mencapai Rp 19,22 triliun (ytd). Kinerja baik pasar SBN tetap terjaga, di mana tren penurunan yield SBN domestik terus berlanjut, didukung oleh likuiditas domestik yang cukup ample dan capital inflow.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News