kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.904.000   -25.000   -1,30%
  • USD/IDR 16.295   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Sri Mulyani: Perang Dagang Menimbulkan Dampak Negatif Terhadap Pertumbuhan Ekonomi


Kamis, 24 April 2025 / 10:38 WIB
Sri Mulyani: Perang Dagang Menimbulkan Dampak Negatif Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
ILUSTRASI. Perang dagang tidak hanya berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi AS, tetapi juga mengganggu perekonomian global secara keseluruhan.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID-JAKARTA.  Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa pada kuartal I tahun 2025, ketidakpastian ekonomi global mengalami peningkatan yang signifikan. 

Hal ini dipicu oleh kebijakan tarif impor baru yang diterapkan oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS), yang telah menimbulkan ketegangan perdagangan dan memicu perang tarif dengan negara mitra utama, terutama China.

"Kebijakan tersebut telah menimbulkan perang tarif dan diperkirakan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis (24/4).

Baca Juga: Sri Mulyani Bertemu Dubes AS, Bahas Peluang Negosiasi Tarif Dagang

Sri Mulyani menambahkan bahwa kebijakan tersebut tidak hanya berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan China, tetapi juga mengganggu perekonomian global secara keseluruhan.

Menurutnya, eskalasi ketegangan tersebut telah menimbulkan ketidakpastian di pasar keuangan global serta mengganggu tatanan perdagangan dan investasi antarnegara. 

Situasi ini mendorong munculnya perilaku risk aversion atau penghindaran risiko di kalangan pelaku usaha dan investor.

Akibatnya, terjadi penurunan imbal hasil (yield) dari US Treasury serta pelemahan indeks dolar AS (DXY). Kondisi ini berlangsung di tengah meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat atau Fed Fund Rate (FFR).

Baca Juga: Sri Mulyani: Tarif AS Bisa Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia hingga 0,5%

Sri Mulyani juga mencatat adanya pergeseran arus modal global dari Amerika Serikat (AS) menuju aset yang dianggap lebih aman atau safe haven, seperti aset keuangan di Eropa dan Jepang, serta komoditas emas. 

Sebaliknya, negara-negara berkembang mengalami arus keluar modal (capital outflow) yang berkelanjutan, sehingga menimbulkan tekanan terhadap nilai tukar mata uang mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×