Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak lama lagi, Moody's diperkirakan bakal memutuskan untuk mempertahankan atau menaikkan sovereign credit rating lndonesia. Pemerintah pun optimistis bahwa Indonesia akan mendapatkan kenaikan sovereign rating tersebut.
Menteri Keuangan Sri Mulyani lndrawati mengatakan, optimisme ini disebabkan oleh Indonesia telah mencatatkan beberapa pencapaian yang baik. “Kemarin fiskal kita bagus di 2017 hasilnya. Moneter juga konsisten dengan selalu menjaga nilai tukar,” kata Sri Mulyani akhir pekan lalu.
Dari segi fiskal, pemerintah mencatat realisasi defisit dalam APBN 2017 berdasarkan data per 12 Januari 2017 sebesar 2,46% terhadap produk domestik bruto (PDB). Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan target dalam APBNP 2017 sebesar 2,92%.
Asal tahu saja, Moody's sempat menyatakan bahwa Indonesia berada di bawah negara-negara lain yang memiliki rating Baa3. Menurut data Haver Analytics, Moody's Investors Service, pendapatan pemerintah pada 2016 hanya 13% dari PDB.
Sovereign Analyst Moody's Investor Service Anushka Shah mengatakan, ada beberapa faktor pendorong agar rating Indonesia bisa naik. Salah satunya peningkatan efektivitas pemerintah dan kebijakannya, yakni dalam hal dari keberagaman dan keberlangsungan penerimaan negara.
Sementara di segi moneter, Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa sepanjang 2017 nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terjaga. Bahkan tingkat volatilitasnya lebih baik dibandingkan dengan 2016.
Dalam catatan BI, per 21 Desember 2017, rupiah terdepresiasi 0,78%. Namun, volatilitasnya hanya ada di kisaran 3%. Lebih baik daeri tahun lalu yang mencapai 8%.
Selain itu, Sri Mulyani mengatakan bahwa pemerintah hendak menambah upaya untuk mendapatkan kenaikan peringkat itu, yakni dengan melanjutkan agenda reformasi atau perbaikan kebijakan yang menjadi penilaian lembaga rating dalam memberikan assessment.
“(Kenaikan rating) juga dikaitkan dengan ambisi kita mengakselerasi reformasi. Karena itu akan menentukan sekali bagaiaman kita menangani berbagai persolan perekonomian yang sifatnya struktural sehingga ekonomi tidak hanya tergantung oleh kebijakan-kebijakan makro, tetapi juga kebijakan mikro struktural,” kata Sri Mulyani.
Pemerintah juga tengah menjalankan kebijakan yang sifatnya struktural untuk meningkatkan investasi dan ekspor. Ia menyebutkan, pendekatan yang digukanan antara lain single submission dan hand-holding atau membantu secara aktif para investor di Indonesia.
Sri Mulyani menambahkan, lembaga rating biasanya akan melihat keseluruhan faktor tersebut, baik dari sisi konsistensi kebijakan, serta kualitas yang tercermin dari implementasi kebijakan. "Selain itu, kami juga tetap akan antisipatif terhadap tahun 2018, terhadap yang kemungkinan terjadi pada level global," imbuh Menkeu.
Asal tahu saja, pada Februari tahun lalu, Moody's Investors Service (Moody’s) memperbaiki outlook sovereign credit rating Republik Indonesia dari stable menjadi positive, sekaligus mengafirmasi rating pada Baa3 (investment grade). Setahun sebelumnya, Moody's mempertahankan sovereign credit rating Indonesia pada Baa3 dengan outlook stable pada 28 Januari 2016.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News