kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.274   -179,00   -1,11%
  • IDX 6.990   -117,45   -1,65%
  • KOMPAS100 1.043   -21,28   -2,00%
  • LQ45 818   -15,80   -1,90%
  • ISSI 213   -3,54   -1,64%
  • IDX30 418   -8,58   -2,01%
  • IDXHIDIV20 504   -9,39   -1,83%
  • IDX80 119   -2,49   -2,06%
  • IDXV30 125   -2,33   -1,84%
  • IDXQ30 139   -2,52   -1,78%

Sri Mulyani Beberkan Tantangan untuk Capai Pertumbuhan Lebih dari 5% di 2023


Jumat, 02 Desember 2022 / 11:20 WIB
Sri Mulyani Beberkan Tantangan untuk Capai Pertumbuhan Lebih dari 5% di 2023
ILUSTRASI. Menkeu Sri Mulyani.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali mengingatkan tantangan dari level global yang akan menghantui prospek perekonomian Indonesia di tahun 2023.

Pemerintah memang meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan bisa mencapai 5,3% (YoY) atau sesuai dengan asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023.

Namun, pemerintah tak menampik sejumlah tantangan ini bisa memperberat langkah untuk mencapai tujuan.

Baca Juga: Sri Mulyani: Pemerintah Jaga Defisit APBN 2023 di Bawah 3%

“Lingkungan global masih diselimuti ketidakpastian. Masih banyak beberapa kejadian yang memberi tantangan kita untuk mempertahankan ekonomi di atas 5% pada tahun depan,” terang Sri Mulyani dalam acara Kompas100 CEO Froum 2022, Jumat (2/12).

Sri Mulyani pun memerinci tantangan global tahun depan tersebut. Pertama, ketidakpastian dari ketegangan geopolitik Rusia dan Ukraina. Invasi Rusia ini membuat negara-negara melakukan kebijakan proteksionisme sehingga mengganggu rantai pasok global.

“Masih belum jelas kapan ini berakhir. Namun, bisa saja di 2023 ada negosiasi sehingga perang berhenti. Hanya, tidak ada yang bisa membuat keputusan ini membentuk turning point (titik balik) yang cepat,” tutur Sri Mulyani.

Kedua, harga-harga komoditas pangan dan energi yang masih tinggi yang menyundut inflasi. Harga-harga yang tinggi kemudian mengganggu progres pemulihan ekonomi global.

Ketiga, kenaikan suku bunga acuan terutama bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed). Untuk menjangkar inflasi tak bergerak liar, bank-bank sentral mengerek suku bunga acuan.

Baca Juga: Salah Satu Fokus APBN 2023, Jokowi: Membangun IKN

Suku bunga acuan negara-negara maju terutama negara Paman Sam yang naik ini, memberi dampak hengkangnya arus modal asing dari pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini masih akan berlangsung setidaknya hingga paruh pertama tahun depan.

“Beberapa ketdiakpastian ini juga mungkin saja masih akan dirasakan di sepanjang tahun 2023, tidak hanya di paruh pertama,” tandas Sri Mulyani. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×