kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.769   -9,00   -0,06%
  • IDX 7.470   -9,22   -0,12%
  • KOMPAS100 1.154   0,14   0,01%
  • LQ45 915   1,41   0,15%
  • ISSI 226   -0,75   -0,33%
  • IDX30 472   1,48   0,31%
  • IDXHIDIV20 570   2,21   0,39%
  • IDX80 132   0,22   0,17%
  • IDXV30 140   0,97   0,69%
  • IDXQ30 158   0,51   0,33%

Sri Mulyani Bawa Kabar Buruk Soal Kondisi Ekonomi Global Terkini


Jumat, 03 November 2023 / 10:38 WIB
Sri Mulyani Bawa Kabar Buruk Soal Kondisi Ekonomi Global Terkini
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan paparan dalam konferensi pers APBN KiTa di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Rabu (25/10/2023). Sri Mulyani menyebutkan realisasi APBN mengalami surplus sebesar Rp67,7 triliun hingga September 2023 atau setara 0,32 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan lebih tinggi bila dibandingkan dengan surplus APBN pada September 2022 yang tercatat sebesar Rp60,9 triliun. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/Spt.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melaporkan kondisi terkini mengenai situasi dan perekonomian global.

Ketua KSSK sekaligus Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, ketidakpastian situasi yang semakin membuat perekonomian global diperkirakan akan semakin melambat.

"Pertumbuhan ekonomi global melambat dengan adanya ketidakpastian yang meningkat tinggi, disertai divergensi pertumbuhan antar negara yang semakin melebar," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers KSSK, Jumat (3/11).

Baca Juga: KSSK: Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Masih Terjaga Pada Kuartal III-2023

Untuk diketahui, Dana Moneter International (IMF) memperkirakan perekonomian global pada 2023 mencapai 3% dan akan melambat pada 2024 menjadi 2,9%.

Sri Mulyani bilang, perekonomian negara Amerika Serikat (AS) pada tahun ini masih menunjukkan pertumbuhan kuat, yang ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan sektor jasa.

Hanya saja, perekonomian Tiongkok menunjukkan perlambatan yang dipengaruhi pelemehan konsumsi dan juga krisis di sektor poperti.

Dirinya memperkirakan, tekanan inflasi masih akan tinggi lantaran dipicu oleh kenaikan harga energi dan pangan akibat eskalasi konflik geopolitik, terjadinya fragmentasi ekonomi serta adanya fenomena El Nino.

Oleh karena itu, suku bunga moneter di negara-negara maju termasuk Fed Fund Rate (FFR) diperkirakan masih tetap berada pada level yang tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.

Baca Juga: Sri Mulyani Ingatkan Perusahaan Jaga Neraca Keuangan di Tengah Pelemahan Rupiah

Menurutnya, kenaikan suku bunga global ini diperkirakan akan diikuti dengan kenaikan yield obligasi tenor jangka panjang di negara-negara maju. Khususnya obligasi pemerintah AS akibat peningkatan kebutuhan pembiayaan pemerinta AS dan adanya premi risiko jangka panjang.

"Perkembangan ini telah memicu aliran keluar dari modal asing dari emerging market ke negara-negara maju dan ini mendorong penguatan signifikan mata uang dolar AS terhadap berbagai mata uang dunia," imbuh Sri Mulyani.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×