kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak dialog lengkap Destry Damayanti setelah resmi menjadi DGS BI 2019-2024


Rabu, 07 Agustus 2019 / 16:13 WIB
Simak dialog lengkap Destry Damayanti setelah resmi menjadi DGS BI 2019-2024


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Mahkamah Agung (MA) Hatta Ali telah melantik Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia (BI) yang baru Destry Damayanti, Rabu (7/8). Destry menjadi DGS BI periode 2019-2024.

Setelah selesai dilantik, kepada awak media, Destry membeberkan sejumlah program andalannya salah satunya adalah policy mix yakni progam yang tidak hanya mengandalkan instrumen moneter tapi juga mengombinasikannya dengan instrumen makroprudensial.

Baca Juga: Destry Damayanti sah menjabat deputi gubernur senior Bank Indonesia

Selain itu, Destry juga memberikan perhatian besar terhadap digital payment. Ia mendorong agar BI dapat menciptakan sistem pembayaran yang efisien, user friendly. Serta sejumlah program andalan lainnya tengah siap dijalankan Destry saat menduduki kursi DGS BI.

Untuk lebih lengkapnya simak dialog lengkap Destry.

Tanya; Apa langkah Anda setelah resmi sebagai DGS BI?
Jawab: Karena rapat pertama saya adalah nanti malam dan apapun nanti yang akan jadi, tentunya saya mempunyai komitmen yang tinggi untuk menjaga tugas dan fungsi BI sesuai dengan Undang-Undang (UU) yang ada, itu yang secara garis besar apa yang akan saya lakukan nanti di BI.

Dan memang pada saat saya melakukan fit and proper saya punya area strategis yang memang sekarang ini juga sudah prioritas dari BI itu sendiri.

Baca Juga: Begini cara BCA menyiapkan Bank Royal untuk bersaing dengan fintech lending

Pertama kita bicara policy mix, saya rasa itu merupakan salah satu terobosan dari bank sentral yang ada di dunia, dan ini nampaknya akan ada beberapa bank sentral yang mengikuti policy mix yang diberlakukan Bank Indonesia (BI). 

Jadi tidak hanya mengandalkan instrumen moneter tetapi juga dengan mengkombinasikan dengan instrumen makroprudensial.

Kedua, stabilitas sistem atau sektor keuangan hanya akan tercapai kalau kita punya marketnya dalam. Ini tantangan buat kita karena sektor keuangan kita ini masih dangkal, sehingga ada gejolak sedikit ada goyangan kita jadi ikut goyang. 

Nah ini yang menjadi pekerjaan rumah sebenarnya bagi BI ataupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan pemerintah lainnya.

Fokus yang ketiga, sekarang jadi perhatian itu terkait dengan masalah digital payment. Ini juga jadi pekerjaan rumah buat BI. Bagaimana BI bisa ciptakan sistem pembayaran yang efisien, user friendly tapi juga tentunya akan melindungi konsumen.

Baca Juga: Terpilih jadi deputi gubernur senior BI, ini harapan DPR terhadap Destry Damayanti

Keempat, ada kaitannya dengan ekonomi syariah karena kita juga punya potensi yang luar biasa besar sebenarnya tapi memang itu belum digarap. Saya melihat mungkin produk berbasis syariah masih sangat terbatas.

Nah ini jadi tantangan bagaimana menciptakan produk-produk di instrumen keuangan syariah yang bisa lebih dikenal oleh para nasabah. Selain itu produk halal juga bisa kita tingkatkan sehingga kontribusi dari ekonomi dan keuangan syariah kita bisa meningkat. 

Terakhir, soal sinergi. BI tidak mungkin bisa bekerja sendiri sebagus apapun kebijakan moneter atau makro prudensial tapi kalau tidak didukung dengan lembaga atau dengan otoritas yang lain nampaknya tidak akan efektif.

Oleh karena itu diperlukan sinergi, kordinasi antara BI dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan lembaga lain.

Selain itu, lembaga penjamin simpanan juga penting karena kita bicara resolusi bank itu juga bicara ke arah sana. Itulah yang akan jadi konsen saya, 

Baca Juga: Mirza Adityaswara melepas jabatan Deputi Gubernur Senior BI dengan kenangan manis

Tanya: Bagaimana outlook perekonomian ke depan?
JawabPerekonomian ke depan tidak mudah memang kita akan menghadapi beberapa tantangan dari global. Kita lihat perkembangan dalam satu minggu terakhir tidak menggembirakan. Perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China sampai sejauh ini masih menunjukkan ketidakpastian sehingga menimbulkan pelemahan ekonomi global

Tanya; Pengaruhnya perang dagang khurusnya currency war terhadap domestik seperti apa?
Jawab; Pengaruh global cukup berikan dampak ke emerging market dan domestik, jadi kita perlu mewaspadai dan terus memonitor bagaimana perkembangan yang terjadi di global. Di sisi lain, China tidak tinggal diam di mana mereka melakukan depresiasi yang terjadi di mata uang Yuan terhadap dolar AS cukup signifikan dan patut diwaspadai.

Tanya: Bagaimana siasat menggenjot pertumbuhan ekonomi?
Jawab: Dari domestik per kuartal II-2019 cukup solid walaupun sedikit melambat dibandingkan kuartal I-2019, masih tumbuh 5,05% mendekati 5,1%.

Kalau dilihat dari komponen yang kontribusi pertumbuhan. Memang kita masih sangat andalkan konsumsi masyarakat yang juga tumbuh mendekati 5,2% hanya mungkin perlu mendorong investasi.

Harus fokus ke dua sektor tersebut. Maka dampaknya pertumbuhan ekonomi akan membaik. Kontribusi konsumsi dan investasi akan signifikan karena kedua sumbangkan 80% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Baca Juga: Prediksi Rupiah: Masih Ada Tiket Penguatan Rupiah

Sementara, dari sisi ekspor memang kita belum bisa berharap banyak karena terjadi penurunan daya beli global akibat perang dagang. Ekspor kita kemarin masih alami pertumbuhan negatif tersandung sentimen global.

Dengan perlambatan ekonomi China dan AS akan berikan dampak ke ekspor. Maklum dua negara tersebut merupakan major trading partner atau partner dagang utama kita.

Ke depan kami berharap pemerintah bersama dengan BI bisa lebih meningkatkan diversifikasi ekspor dan terhadap pertumbuhan di pasar yang sifatnya konvensional.

Tanya: Bagaimana caranya?
Jawab: Upaya yang akan dilakukan tidak hanya mengandalkan ekspor. Kita punya potensi di ekonomi domestik positif, beberapa waktu ke belakang disokong konsumsi masyarakat dan investasi sumbangkan cukup signifikan dalam perekonomian kita.

BI akan terus mempertahankan kebijakan moneter dan makroprudensial yang akomodatif, efektif, dan efisien sebab dengan adanya goncangan global pasti akan memengaruhi stabilitas sistem keuangan.

Saya rasa ini tantangan terbesar dari BI. Bagaimana bisa menjaga stabilitas sektor tersebut. Khsususnya kalau bicara nilai tukar rupiah. Terkadang di sisi domestik tidak ada sesuatu apapun, tapi di global ada suatu goncangan kita akan goncang juga.

Diharapkan kita dapat menjaga stabilitas makro. Tentu kita tidak perlu panik, market tidak perlu panik biasanya goncangan sifatnya sesaat. BI akan berada di pasar untuk mewaspadai pergerakan dan instabilitas yang terjadi di sektor keuangan.

Tanya: Siasat menjaga stabilitas keuangan?
Jawab: Dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, BI akan berusaha mengoptimalkan kebijakan moneter dan makroprudensial berusaha membuka ruang  khususnya berkaitan dengan likuiditas domestik juga. Sehingga akan memberikan ruang sektor tumbuh.

Baca Juga: Sinyal penurunan bunga The Fed masih menjadi energi bagi rupiah

Perbankan bisa menyalurkan kredit lagi khsususnya kredit yang sifatnya produktif dan kita mempunyai 46 KPW. Dengan kantor wilayah tersebut BI memiliki komitmen tinggi menjaga inflasi di daerah terkendali kita ada Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).

Tanya: Kiat BI dan TPID memang seperti apa?
Jawab: Kami harapkan dengan masuknya BI dalam tim TPID dan Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) , BI bisa lebih berkontribusi dalam menjaga stabilitas harga. Sebab masalah inflasi atau stabilitas harga bukan hanya fenomena moneter tapi ada fenomena yg berkaitan sektor rill atau sisi suplai. Jadi berbagi macam bauran akan dilakukan oleh BI dan sejauh ini sudah dilakukan dengan baik. 

Baca Juga: Bank kecil belum menyerah untuk menggenjot kredit di semester kedua tahun ini

Kita lihat inflasi dalam empat tahun terakhir stabil di level 3%. Kita melihat dari core inflasi atau dari food inflation yang volatile food yang biasanya turun naik. Namun saat ini sudah mulai terkendali karena memang penanganan tidak hanya dari sisi demand side tapi dari supply. Sehingga kalau kita lihat stabilitas dari sisi industri juga terkendali.

Tanya: Kiat mendorong investasi seperti apa?
Jawab: Saya melihat bahwa kredit akan membaik dan begitu pula dengan investasi. Untuk mendorong investasi, BI dengan easing monetery policy sudah diturunkan GWM satu kali kemudian sudah diturunkan juga suku bunga acuan atau BI 7 Day Reserve Repo Rate (BI7-DRR).

Nampaknya kita melihat arah dari easing monetery policy ini dalam jangka waktu cukup panjang. Karena memang membutuhkan satu stimulus kuat pertumbuhan ekonomi ke depannya.

Baca Juga: Ini segudang pengalaman Destry Damayanti di sektor keuangan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×