kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

SIDANG KASUS JIWASRAYA: PN Jakpus dipenuhi karangan bunga dukungan ke Bentjok


Rabu, 10 Juni 2020 / 11:03 WIB
SIDANG KASUS JIWASRAYA: PN Jakpus dipenuhi karangan bunga dukungan ke Bentjok
ILUSTRASI. Karangan bunga dukungan ke Bentjok


Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTTA. Sidang kasus dugaan korupsi Jiwasraya kembali digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hari ini. Kali ini ada yang berbeda, jika sebelumnya ada banyak karangan bunga dari nasabah Wanaartha yang rekening efeknya diblokir Kejaksaan Agung, kini karangan bunga malah mendukung trerdakwa Benny Tjokro.

Pantauan wartawan Kontan.co.id Yuwono Tri pada Rabu (10/9) PN Jakarta Pusat. Muncul dukungan berupa karangan bunga bagi Benny Tjokrosaputro, salah satu tersangka kasus korupsi PT Asuransi Jiwasraya.

Baca Juga: Kasus Jiwasraya, sidang lanjutan pembacaan nota keberatan digelar hari ini (10/6)

Sejumlah karangan bunga bagi Benny, tampak menghiasi PN Jakarta Pusat, jelang sidang kedua kasus korupsi Jiwasraya di Pengadilan Tipikor yang beralamat di PN Jakarta Pusat. Ada sekitar 30 karangan bunga di sepanjang trotoar PN Jakpus, bukan cuma itu terlihat juga karangan bunga dari nasabah Wanaartha.

Nama Benny Tjokro, panggilan Benny Tjokrosaputro, sudah tidak asing lagi di kalangan investor saham. Strategi investasi putra pertama dari pasangan Handoko Tjokrosaputro dan Lita Anggriani ini kerap menjadi rujukan bagi banyak pemain saham lain dalam meracik portofolio.

Majalah Forbes tahun lalu memasukkan Benny Tjokro dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia. Cucu dari Kasom Tjokrosaputro, sang pendiri grup usaha Batik Keris, ini ada di urutan ke-43.

Forbes menaksir kekayaan pria yang lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 15 Mei 1969, ini mencapai US$ 670 juta atau sekitar Rp 9,14 triliun (kurs Rp 13.650 per dolar AS).  

Benny Tjokro memulai aktivitas investasinya di pasar modal sejak duduk di bangku kuliah. Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Trisaksi, Jakarta, ini kenal dunia saham lantaran diajak teman-teman kuliahnya.

Saham PT Bank Ficorinvest Tbk merupakan portofolio pertama yang Benny Tjokro beli bermodal tabungan dari uang saku kuliah. Dia membelinya langsung di pasar perdana alias saat Ficorinvest melantai di bursa efek.

Lalu, apa yang membuat Benny Tjokro tertarik bermain saham waktu itu? "Sederhana saja, mau cari untung," katanya kepada KONTAN dalam wawancara pada 1 Februari 2019 lalu.

Tapi, ketika itu, sang Ayah memarahinya begitu tahu Benny Tjokro bermain saham. "Awalnya, dia pikir bermain saham itu judi, lalu saya dimarah-marahin. Tapi lama-kelamaan dibiarkan juga. Mungkin dia berfikir anaknya ini punya bakat. Sempat dimarah-marahi karena kalau saya rugi, kan dia yang nombokin," bebernya.

Mulanya, Benny Tjokro hanya mengeluarkan modal beberapa juta rupiah saja untuk bermain saham. Tapi, "Begitu mau lulus kuliah, nekat main sampai ratusan juta rupiah," ungkap dia.

Sejatinya, sang ayah pernah meminta Benny Tjokro untuk belajar berbisnis biar tidak ketagihan bermain saham. Misalnya, dengan membantu mengurus bisnis Keris Gallery.

"Disuruh ngurusin pertanian, juga pernah. Disuruh dagang semen sampai ke Timor Timur, pernah. Bangun rumah, pernah. Bikin pom bensin, pernah. Bebasin tanah, pernah. Jadi pengalaman saya sudah macam-macam," sebutnya.

Tapi, biarpun mendapat kerjaan macam-macam, tetap saja Benny Tjokro bermain saham. "Dasar doyan, ya akhirnya saya dibiarkan bermain saham oleh bapak. Sebenarnya dikasih tanggungjawab pekerjaan saat itu agar saya tidak bermain saham. Tetapi, ya tetap saja saya bermain saham," ujar dia.

Cuma akhirnya, Benny meneruskan bisnis sang ayah yang kini menjelma menjadi Hanson International. Dulu, ini merupakan pabrik garmen kecil yang ayahnya ambil alih.

Namun, waktu krisis moneter 1007-1998, kondisinya menjadi sangat berat sehingga harus menjalani restrukturisasi. "Sebetulnya, itu punya adik saya, oleh adik saya lalu dijual untuk bayar utang. Adik saya lalu minta tolong agar Hanson diselamatkan, padahal isinya sudah dijual untuk bayar utang," jelas Benny Tjokro.

Lalu, Benny Tjokro pun menyelamatkan Hanson. "Hanson tidak ada isinya, pabriknya sudah dijual, tetapi masih punya utang ke Bank Mandiri dan BNI Sekuritas. Saya tebus karena ingin menolong adik saya. Kemudian saya isi properti, hingga jadi seperti sekarang ini," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×