Reporter: Ahmad Ghifari, Yuwono Triatmodjo | Editor: S.S. Kurniawan
Dengan mengendarai Hanson International, Benny Tjokro merambah bisnis properti residensial. Kebutuhan lahan bagi ekspansi pabrik Batik Keris menjadi awal perkenalan keluarga besarnya pada bisnis properti.
"Setiap kali mau ekspansi, harga tanah selalu naik. Hal ini bikin pusing. Akhirnya, kami mencari cadangan tanah dulu, sehingga waktu mau ekspansi tidak diketok tetangga, dimintain harga tanah yang mahal," kata dia.
Lama-lama cadangan tanahnya menjadi terlalu banyak. "Kami mulai bingung mau diapakan. Kami pun lalu belajar membangun rumah. Setelah membangun rumah, lo kok untungnya malah lebih besar daripada dagang kain. Mulailah kerja real estat sampai sekarang," ucap Benny Tjokro.
Baca Juga: Benny Tjokro ditahan Kejagung terkait Jiwasraya, ini kata MYRX
Saat ini, Hanson International memiliki lahan luas di daerah Maja, Banten. "Ini harus menjadi kota. Kami tipikal developer yang create value, bukan yang petak lari. Petak lari semisal membangun lahan seluas 10 ha, dipetak-petakin dijual, dan terus ditinggal pergi. Biasanya real estat yang seperti itu berantakan karena sudah tidak dirawat," beber Benny Tjokro.
Karakter Benny yang berani mengambil resiko (take risk), di mata sang ayah tampak tepat menggeluti bisnis properti. Dan memang, insting Handoko Tjokrosaputro terhadap anak sulungnya kemudian terbukti.
Selain Hanson International, Benny Tjokro juga pemilik PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO). "Saya kerjasama dengan adik dan sepupu saya," imbuh dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News