kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   -12.000   -0,63%
  • USD/IDR 16.271   11,00   0,07%
  • IDX 6.934   29,23   0,42%
  • KOMPAS100 1.009   7,01   0,70%
  • LQ45 768   5,48   0,72%
  • ISSI 229   1,44   0,63%
  • IDX30 394   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 455   1,63   0,36%
  • IDX80 113   0,92   0,82%
  • IDXV30 114   0,72   0,63%
  • IDXQ30 127   0,57   0,45%

Setyo dekati Freeeport sejak awal tahun


Kamis, 03 Desember 2015 / 16:05 WIB
Setyo dekati Freeeport sejak awal tahun


Reporter: Agus Triyono | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Keaktifan Ketua DPR untuk ikut campur dalam proses perpanjangan kontrak karya PT Freeport Indonesia di tanah Papua ternyata sudah dimulai sejak awal tahun 2015.

Berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh Maroef Syamsudin, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, dalam Sidang Majelis Kehormatan Dewan (MKD) DPR Kamis (3/12) diketahui bahwa upaya pendekatan tersebut sudah aktif dilakukan sejak Januari 2015 lalu.

Maroef mengatakan, saat itu, sang ketua DPR ingin ketemu dengannya.

Permintaan itu disampaikan oleh Setya melalui Marzuki Darusman, salah satu Komisaris PT Freeport Indonesia.

Untuk menghargai permintaan tersebut, Maroef kemudian meminta waktu kepada pimpinan lembaga negara, seperti; MPR, DPD dan DPR untuk bertemu.

"Sifatnya courtessy call," katanya.

Permintaan itu dipenuhi oleh ke tiga pimpinan lembaga negara pada April 2015.

Namun anehnya kata Maroef, pola pertemuannya dengan pimpinan lembaga negara tersebut berbeda.

Untuk pertemuan dengan pimpinan DPD dan MPR, pertemuan digelar secara resmi, diikuti oleh staf pimpinaan.

Namun, dengan pimpinan DPR, pertemuan hanya dilakukan antara dia dan Setya Novanto.

Setelah pertemuan tersebut, Maroef mengatakan, Setya Novanto mengirimkan pesan singkat kepadanya. Maroef kemudian berinisiatif untuk menghubungi Setya Novanto.

Dalam pembicaraan lewat telpon itu, dikomunikasikan rencana pertemuan ke dua yang kemudian berlangsung 13 Mei 2015.

Dalam pertemuan yang dilaksanakan di lantai 21 sebuah hotel mewah tersebut, diikuti oleh tiga orang.

Maroef sendiri, Setya Novanto dan kawannya yang kemudian diperkenalkan bernama Muhammad Riza Chalid.

Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam tersebut, Setya dan Riza menyampaikan keinginan mereka untuk berbisnis dengan Freeport.

Waktu itu pembicaraan belum menjurus ke arah kontrak karya dan saham.

"Tapi di akhir pembicaraan mereka bilang kerjasama bisa jalan kalau Freeport jalan, saya tidak tanggapi itu" katanya.

Maroef mengatakan, selesai pertemuan tersebut dia kemudian menganalisa mengenai pertemuan tersebut.

Dari hasil analisa pribadi itu, Maroef merasa ada keanehan dengan pola tingkah Setya Novanto yang membicarakan kontrak karya Freeport tapi dengan membawa pengusaha, bukan alat kelengkapan dewan yang membidangi energi.

Setelah pertemuan tersebut, komunikasi kembali terjadi hingga kemudian terjadilah pertemuan antara Maroef, Setya Novanto dan Riza Chalid untuk ke tiga kalinya.

Dalam pertemuan itulah, akhirnya Maroef dengan menggunakan telpon gengamnya sendiri merekam seluruh isi pertemuan.

Perekaman tersebut dia lakukan karena curiga  dengan gelagat Setya Novanto dan Riza Chalid.

"Tidak ada yang menyuruh, saya merekam karena saya sendirian, saya ingin menjaga akuntabilitas saya," katanya.

Dan kecurigaan tersebut terbukti. Setya Novanto dan Riza Chalid dengan mencatut nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta jatah saham Freeport, sampai dengan 20% kalau mereka mau memperpanjang kontrak karya di Papua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×