kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Setelah Bunga Acuan BI Naik Lagi, Apa yang Selanjutnya Terjadi?


Kamis, 22 September 2022 / 18:03 WIB
Setelah Bunga Acuan BI Naik Lagi, Apa yang Selanjutnya Terjadi?
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat?menyampaikan hasil rapat dewan gubernur (RDG BI), Kamis (22/9).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seperti perkiraan, Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur BI September 2022. Kamis (22/9), BI menaikkan BI 7-Days Repo Rate (BI7DRR) 50 basis poin (bps) menjadi 4,25%.

Bukan cuma suku bunga acuan, BI juga menaikkan suku bunga deposit facility sebesar 50 bps menjadi 3,5% dan suku bunga lending facility sebesar 50 bps menjadi 5%.

Sebelumnya di bulan Agustus 2022 lalu, BI juga sudah mengerek suku bunga sebanyak 25 basis poin menjadi 3,75%.

Berikut penjelasan BI mengapa suku bunga naik lagi dan bagaimana arah suku bunga ke depan:

Mengapa BI menaikkan bunga acuan lagi?

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, keputusan BI dalam menaikkan suku bunga acuan ini sebagai langkah front-loaded, pre-emptive, dan forward looking dalam menurunkan ekspektasi inflasi dan inflasi inti.

"Ini untuk memastikan inflasi inti kembali ke kisaran sasaran, yaitu 3% plus minus 1% pada paruh kedua tahun 2023," tutur Perry dalam pembacaan hasil Rapat Dewan Gubernur BI September 2022, Kamis (22/9).

Selain itu, kenaikan suku bunga acuan BI ini juga untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Juga: Harga BBM Naik, BI Catat Inflasi pada Pekan Ketiga September 2022 Capai 5,89%

Bagaimana kebijakan moneter BI ke depan?

Perry menegaskan, BI tidak akan mengadopsi kenaikan suku bunga secara agresif atau hawkish. Menurutnya, inflasi yang terjadi di Indonesia masih dalam taraf yang terkendali.

"Inflasi kita relatif terkendali dibandingkan negara lain, sehingga keperluan untuk menaikkan suku bunga lebih agresif tidak diperlukan di Indonesia," tegas Perry.

BI mengaku akan tetap memperkuat bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi nasional dengan berbagai bauran kebijakan.

Seperti apa proyeksi inflasi tahun ini?

BI memperkirakan akan ada peningkatan inflasi yang cukup tinggi di Indonesia pada tahun ini. Inflasi inti diperkirakan mencapai 4,6% dan inflasi umum diperkirakan bisa lebih dari 6% di tahun ini.

Menurut Perry, inflasi didorong kenaikan berbagai harga barang yang memberi dampak langsung (first round impact) terhadap peningkatan inflasi, maupun dampak tidak langsung (second round impact), dan tentunya juga diikuti dengan peningkatan permintaan masyarakat.

BI akan menggandeng pemerintah maupun pusat dan daerah untuk turut menjaga inflasi. Dengan demikian, harapannya inflasi Indonesia terutama dari dampak lanjutan akan lebih terkendali.

Setelah bunga BI naik, apakah bunga simpanan dan bunga kredit akan naik juga?

Bank Indonesia (BI) melihat terdapat jeda waktu transmisi penyesuaian bunga acuan BI ke bunga simpanan dan bunga kredit di perbankan. 

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti menyebut, transmisi ini pada saat normal membutuhkan waktu 3 bulan sampai 6 bulan. Namun, ia melihat, saat ini kondisi likuiditas perbankan masih longgar sebagai dampak dari Covid-19. 

“Pada Agustus 2022, BI rate naik 25 basis poin (bps). Di pasar suku bunga dana dan kredit perbankan masih turun. Bunga dana turun 44 bps menjadi 2,9% dan bunga kredit turun 48 bps jadi 8,94%,” ujar Destry.

Senada, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, transmisi suku bunga kebijakan ke suku bunga deposito perbankan membutuhkan waktu satu kuartal. Sedangkan transmisi suku bunga kebijakan ke bunga kredit hingga dua kuartal.  

Setelah bunga BI naik, bagaimana nasib rupiah?

Nilai tukar rupiah melemah ke atas Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS) setelah Bank Indonesia (BI) mengumumkan kenaikan suku bunga acuan pada hari ini. Kurs rupiah spot melemah 0,17% ke Rp 15.023 per dolar AS pada Kamis (22/9) dari posisi kemarin Rp 14.997 per dolar AS.

Pelemahan nilai tukar rupiah beriringan dengan pergerakan mayoritas mata uang Asia. Rupiah melemah karena indeks dolar AS yang menguat.

indeks dolar AS kemarin kembali menyentuh rekor tertinggi di 110,64. Indeks dolar menguat setelah bank sentral AS Federal Reserve menaikkan Fed Funds Rate 75 bps pada Kamis dini hari tadi. Ini adalah kenaikan suku bunga 75 bps tiga kali beruntun menjadi 3%-3,25%.

Baca Juga: Inflasi Terkendali, BI Tak Akan Agresif Naikkan Suku Bunga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×