kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.924   6,00   0,04%
  • IDX 7.199   58,32   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   10,55   0,96%
  • LQ45 877   11,13   1,28%
  • ISSI 220   0,58   0,27%
  • IDX30 448   5,78   1,31%
  • IDXHIDIV20 540   5,39   1,01%
  • IDX80 127   1,30   1,03%
  • IDXV30 134   0,24   0,18%
  • IDXQ30 149   1,59   1,08%

Sejumlah Faktor Ini Berpotensi Kerek Inflasi pada Tahun Depan


Senin, 23 Oktober 2023 / 20:58 WIB
Sejumlah Faktor Ini Berpotensi Kerek Inflasi pada Tahun Depan
ILUSTRASI. Aktivitas jual beli bahan pokok di pasar tradisional, Jakarta, Rabu (2/1). KONTAN/Cheppy A. Muchlis/02/01/2018


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Faktor El Nino, semakin menguatnya geopolitik Rusia dan Ukraina yang menyebabkan harga minyak mentah global meningkat, hingga keputusan Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga, dinilai berpotensi mengerek inflasi pada tahun depan. 

Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo mengatakan, berdasarkan prediksi BMKG, faktor cuaca El Nino baru akan berakhir pada Maret 2024 atau setelah pemilu presiden. 

“Kami melihat akan terdapat sedikit jeda waktu dari dampak El Nino terhadap ketersediaan pangan yang berpotensi mempengaruhi inflasi pangan hingga pertengahan tahun 2024.,” tutur Banjaran kepada Kontan.co.id, Senin (23/10). 

Dia memprediksi, puncak fenomena El Nino yang sudah terjadi pada November 2023 lalu, dan akan melemah pada Maret 2024 mendatang. Maka dari itu, pemerintah dihimbau untuk cepat tanggap dalam menyikapi fenomena ini, agar tidak berdampak pada inflasi di pertengahan tahun depan. 

Baca Juga: Suku Bunga Naik, Tambahan Beban Bagi Pemerintah

Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah, dengan mencari solusi, selain mengandalkan impor beras, mengingat harga beras global yang juga ikut naik karena kebijakan pembatasan ekspor beras oleh India.

Di saat yang sama, terdapat faktor risiko kenaikan harga di sektor energi khususnya minyak mentah di tengah menguatnya polarisasi konflik geopolitik. Selain itu kebijakan produsen minyak mentah utama global seperti Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) Rusia dan Amerika Serikat juga berpotensi menekan asumsi APBN 2024 yang ditargetkan sebesar US$ 82/barel. 

Atas permasalahan tersebut, Banjaran menilai kemungkinan akan terjadi evaluasi kebijakan harga BBM pada tahun depan. Dia menyarankan agar asumsi harga minyak dalam APBN 2024 harus segera dikoreksi, dengan menyesuaikan perkembangan risiko ke depan. Sebab, kelanjutan kebijakan terkait subsidi BBM akan menjadi poin krusial.

“Kendalanya, tahun depan sudah mendekati akhir pemerintahan Jokowi dan mendekati transisi pemerintahan baru, sehingga dinamika politik berpotensi berpengaruh akan kenaikan harga BBM tersebut,” ungkapnya. 

Faktor lain yang bisa menyulut inflasi yakni, keputusan BI mengerek suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate (BI7DRRR) sebesar 25 basis points menjadi 6% pada pekan lalu. 

Dia memperkirakan, kemungkinan BI masih akan menaikkan suku bunga acuannya untuk menjaga jarak antara BI-7DRR dengan Fed Rate yang masih berpotensi naik. 

Baca Juga: Ekonom Ini Sebut Kenaikan Bunga BI Bisa Kerek Inflasi

“Dari sisi moneter, kebijakan kontraktif sudah berada di level yang sangat tinggi. Sehingga homework untuk mencapai target inflasi di 2024 lebih banyak di sisi intervensi fiskal,” katanya. 

Adapun dengan mempertimbangkan kondisi terkini dan outlook saat ini, Banjaran memperkirakan tingkat inflasi 2024 akan berada di rata-rata 3,11% dan akan berada di level  2,73% pada akhir tahun 2024.

Sementara itu, pemerintah bersama DPR menargetkan inflasi berada di level 2,8% sebagai asumsi utama ekonomi makro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×