Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom memprediksi Bank Indonesia (BI) akan mengerek suku bunga acuan hingga akhir tahun. Tak hanya karena faktor domestik, hal tersebut juga merespons situasi global.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual dan Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, bank sentral akan mengerek suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) pada bulan September 2022 menjadi 4%.
Selain itu BI diperkirakan kembali mengerek bunga acuannya masing-masing 25 basis poin pada Oktober, November, dan Desember 2022. Alhasil, suku bunga acuan akhir tahun berada di level 4,75%.
Pertimbangan kenaikan dari sisi domestik, kenaikan suku bunga seiring tekanan inflasi di dalam negeri. David mengimbau, BI mencermati pergerakan inflasi tinggi September di atas 1% karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Baca Juga: Bank Mandiri Proyeksi Suku Bunga Acuan BI Naik 25 Bps, Ini Penyebabnya
"Jadi akan ada peningkatan inflasi, seperti biaya transportasi. Dan belum nanti dampak lanjutan, yang bisa saja banyak peningkatan harga lain," kata David kepada KONTAN, Minggu (18/9).
Josua Pardede menambahkan, naiknya suku bunga acuan juga karena potensi kenaikan suku bunga acuan The Fed yang diyakini mencapai kisaran 75 bps hingga 100 bps. Ini akan membuat ketidakpastian terhadap pergerakan nilai tukar rupiah.
Namun, Josua percaya BI masih tetap akan bisa menjaga stabilitas rupiah dengan masih tambunnya cadangan devisa dan berbagai langkah intervensi yang akan disiapkan.
Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Rima Prama Artha meyakini peningkatan suku bunga acuan ini bukan yang terakhir kalinya. Ada peluang BI akan mengerek kembali suku bunga acuan di sisa tahun 2022.
Baca Juga: Ini Jenis Debitur yang Bunga Kreditnya Tak Akan Dikerek BNI
Menurut perhitungan Rima, potensi kenaikan sekitar 50 bps hingga 75 bps dari posisi Agustus 2022. "Jadi, kalau suku bunga acuan pada bulan September naik, mungkin bisa ada peningkatan satu hingga dua kali lagi hingga akhir tahun 2022," tandas Rima.
Ekonomi melambat
Sementara, Analis Makroekonomi Bank Danamon Irman Faiz melihat, meski bisa menahan lonjakan inflasi dan menarik arus investasi asing, kenaikan bunga acuan akan mengerek biaya pinjaman hingga menurunkan harga aset keuangan. Alhasil, pertumbuhan ekonomi, bisa terhambat di tengah pemulihan.
Faiz memperkirakan, dampaknya akan terasa pada tahun depan. Proyeksi Faiz, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 akan mencapai 5,32% yoy dan tahun 2023 melambat menjadi 5,10%.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman juga melihat ada risiko dampaknya menekan progres pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut perkiraan Faisal, dampak ke pertumbuhan ekonomi akan terasa di semester I-2023.
Baca Juga: BI Diperkirakan Kerek Suku Bunga 25 Bps, Ini Kata Ekonom Bank Danamon
"Mungkin di semester I-2023, karena inflasi secara tahunan juga kemungkinan masih tinggi dan baru akan berkurang di paruh kedua tahun depan," kata Faisal.
Meski akan mengurangi potensi akselerasi pertumbuhan ekonomi, Faisal optimistis dampaknya ke pertumbuhan akan masih minim karena perbankan tidak langsung meneruskan kenaikan dengan mengerek suku bunga kredit.
Selain itu, BI juga masih akomodatif dalam menjalankan kebijakan makroprudensialnya, sehingga ini bisa menjadi kekuatan bagi pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Proyeksi Faisal, pertumbuhan ekonomi di sepanjang tahun 2022 masih bisa berada di level 5,17%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News