kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sebelum impor, pemerintah akan sensus jumlah sapi


Jumat, 27 Agustus 2010 / 16:47 WIB
Sebelum impor, pemerintah akan sensus jumlah sapi


Reporter: Irma Yani | Editor: Edy Can

JAKARTA. Bukan hanya penduduk saja yang perlu disensus ternyata sapi juga. Sebab, pemerintah menilai menghitung jumlah sapi penting untuk menjaga stabilitas harga dan kesiapakan stok daging dalam negeri.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, sensus ini untuk mengukur pertumbuhan sapi-sapi lokal sehingga stok daging sapi bisa terjaga. Ke depannya, pemerintah berharap swasembada sapi bisa tercapai. "Baik untuk sapi ternak, maupun daging sapi beku," ucap Hatta, Jumat (27/8).

Stok daging sapi saat ini secara nasional masih kurang. Namun, Hatta mengatakan, pemerintah belum mau mengimpor karena di beberapa daerah masih ada yang surplus. Karena itu, dia mengutamakan pasokan lokal terlebih dahulu sebelum mengimpor. "Kalau kurang baru kita impor," ujarnya.

Menteri Pertanian Suswono menambahkan, pemerintah akan mengimpor sebanyak 70.000 ton daging sapi tahun ini. Impor ini berupa 400.000 ekor sapi siap potong (bakalan).

Hingga sekarang, pemerintah menilai harga daging sapi relatif stabil. Suswono mengatakan harganya berkisar Rp 50.000 hingga Rp 70.000 per kilogram (kg). "Yang tertinggi itu kan untuk bistik yang Rp 70.000, sedangkan untuk semur itu biasanya yang di bawah itu, harganya di bawah Rp 60.000," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×