Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan
CIPANAS. Pemerintah menyambut baik pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat bahwa neraca perdagangan selama bulan November mengalami surplus sekitar US$ 48 juta.
Untuk mendorong agar neraca perdagangan Indonesia terus mengalami surplus, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta para menteri teknis terkait untuk mencari komoditas-komoditas tertentu yang diminati di pasar ekspor.
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, bahwa Presiden memberikan waktu selama dua minggu ke depan agar bisa menemukan komoditi-komoditi asal Indonesia yang laku di pasar ekspor.
Selain itu, SBY juga meminta agar para menteri mencari negara-negara lain yang memungkinkan menjadi pasar ekspor baru Indonesia.
"Bapak presiden tadi meminta agar dalam dua minggu ke depan, kita akan melaporkan bagaimana upaya untuk mencari komoditi-komoditi dan negara-negara tertentu yang memungkinan kita untuk meningkatkan ekspor. Dan peluang ini masih ada," ujar Hatta dalam konferensi pers di Istana Cipanas, Jawa Barat, Senin (2/12).
Selain itu, Hatta bilang, pemerintah juga masih fokus mengelola defisit current account defisit yang selama ini menjadi salah satu biang keladi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat (AS). Salah satu cara yang dilakukan adalah menjaga stabilitasi harga-harga bahan pokok dan menjamin ketersediaannya di pasaran.
Apalagi, dalam beberapa hari terakhir, kurs rupiah sempat melemah hingga Rp 12.000 per dollar AS meskipun kembali menguat lagi.
Menurut Hatta, akibat dari pelemahan kurs rupiah itu adalah melonjaknya sejumlah harga barang impor di pasaran dan hal itu berdampak pada tingginya inflasi.
"Oleh Karena itu, kita menjaga stabilitas harga," terang Hatta.
Selain itu, menurut Hatta, SBY meminta agar pemerintah memberikan insentif bagi para pengusaha kecil atau perajin agar usaha mereka tidak bangkrut akibat kondisi perekonomian yang tidak kondusif ini.
Pemerintah juga akan menjamin bahwa harga produk produk dan hasil kerajinan dalam negeri tetap menguntungkan pedagang atau perajin tapi juga tidak terlalu memberatkan konsumen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News