Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
Sementara, pertumbuhan kredit perbankan juga melambat menjadi hanya 8,59% yoy pada Agustus lalu, turun dari 9,58% pada Juli 2019.
Kedua sumber pengeluaran tersebut, yakni konsumsi dan investasi menyumbang porsi yang signifikan pada struktur PDB Indonesia yaitu masing-masing 55,8% dan 31,1% per akhir kuartal II-2019 lalu.
Baca Juga: IMF menyetujui pencairan pinjaman tahap keenam untuk Sri Lanka senilai US$ 164 juta
“Jadi dari situ kami lihat pertumbuhan ekonomi hanya akan sebesar 4,9% di kuartal ketiga,” ujarnya.
Sementara secara sektoral, kinerja industri pengolahan atau manufaktur juga melemah. Hal ini terlihat dari data indeks PMI yang berada di bawah level 50 maupun data pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang yang kuartal ketiga lalu hanya 4,35% yoy.
Lesunya pertumbuhan produksi IBS di kuartal ketiga, menurut Mikail, disebabkan oleh faktor eksternal maupun domestik. Secara eksternal, permintaan luar negeri terhadap barang ekspor Indonesia dan tekanan harga menjadi penyebab.
Baca Juga: Mengintip proyeksi pergerakan nilai tukar rupiah pada pekan depan
“Di sisi domestik juga permintaan turun. Misalnya, penjualan mobil terkontraksi dan penjualan motor hanya tumbuh tipis sehingga produksi otomotif pun berkurang,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News