Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Untuk menyaingi dominasi China, Amerika Serikat (AS) melalui pemerintahan Presiden Donald Trump tengah menyusun perintah eksekutif untuk memungkinkan adanya penimbunan logam laut atau mineral laut guna mendapatkan unsur tanah jarang (REE).
Untuk diketahui unsur tanah jarang adalah salah satu contoh mineral kritis yang digunakan dalam berbagai industri, seperti elektronik, otomotif, pertahanan, dan medis.
Berdasarkan laporan Reuters, Sabtu (12/4), rencana penimbunan tersebut akan menciptakan persediaan dalam jumlah besar yang siap dan tersedia di wilayah AS untuk digunakan di masa mendatang. Jika terjadi konflik dengan Tiongkok yang dapat membatasi impor logam dan tanah jarang mereka.
Untuk diketahui, sebagai langkah balasan dari penetapan tarif resiprokal atau tarif timbal balik Trump minggu lalu, China memberlakukan pembatasan ekspor terhadap beberapa unsur tanah jarang ke AS.
Saat ini China memproduksi sekitar 90% pasokan dari unsur tanah jarang olahan dunia. Setidaknya terdapat 17 unsur yang digunakan di seluruh industri pertahanan, kendaraan listrik, energi bersih, hingga elektronik.
Baca Juga: Melunak, Trump Bebaskan Tarif untuk Ponsel, Komputer dan Barang Elektronik dari China
AS tercatat masih mengimpor sebagian besar tanah jarangnya, dan sebagian besar berasal dari China yang digunakan berbagai keperluan industri, mulai dari komponen telepon pintar hingga baterai mobil listrik.
Indonesia dan Potensi Kerjasama Mineral Kritis dengan AS
Dari dalam negeri, potensi kerja sama mineral kritis untuk industri dengan AS diungkap oleh Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan. Menurutnya, Presiden Prabowo telah memberikan 'lampu hijau' untuk kerja sama kritikal mineral lebih lanjut.
"Mereka mempertanyakan soal kritikal mineral, dan saya sudah jawab kemarin Presiden sudah berikan green light," kata Luhut dalam acara Sarasehan yang dilaksanakan di Jakarta, Selasa (08/04).
Menurut Luhut, pemerintah AS sangat membutuhkan pasokan mineral kritis untuk perkembangan industri mereka dan Indonesia dinilai bisa memenuhi kebutuhan negeri Paman Sam itu.
Potensi kerja sama ini juga mencuat setelah Presiden AS, Donald Trump menerapkan tarif resiprokal atau tarif timbal balik kepada banyak negara di dunia.
"Kita mau kerjasama dengan kritikal mineral karena mereka (AS) sangat butuh, dan kita sudah punya pengalaman disitu dan kita tidak perlu ragu," tutup Luhut.
Selanjutnya: Mayoritas Cerah, Berikut Prakiraan Cuaca Papua Minggu (13/4) & Senin (14/3)
Menarik Dibaca: 12 Ciri-ciri Mengalami Diabetes di Usia Muda yang Sering Tidak Disadari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News