Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konflik antara Rusia dan Ukraina makin memanas, apalagi setelah Amerika Serikat (AS) dan negara Barat mulai memberlakukan sanksi-sanksi pada bank-bank Rusia.
Konflik tersebut dikhawatirkan akan berdampak besar terhadap inflasi Indonesia melalui transmisi harga minyak. Sebab, perang Rusia-Ukraina telah mendorong harga minyak dunia hingga ke level lebih dari US$ 100 per barel.
Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) BKF Wahyu Utomo mengungkapkan, pihaknya masih terus memonitor perkembangan geo politik Rusia dan Ukraina terhadap inflasi Indonesia, juga tren kenaikan Indonesia Crude Price (ICP).
Selain itu, Wahyu mengatakan, selain memantau perkembangan isu global, pemerintah juga terus memantau dinamika perekonomian domestik. “Sejauh ini dampaknya masih terkendali dalam batas manageable,” tuturnya kepada kontan.co.id, Senin (28/2).
Baca Juga: BI: Konflik Rusia-Ukraina akan Mengganggu Pasokan Global
Adapun, di tengah meningkatnya harga minyak global, pemerintah tidak turut menaikkan harga Pertalite dalam enam bulan ke depan dan memberikan subsidi sebesar Rp 30 triliun. Alhasil, menurut perhitungan KONTAN, jika harga minyak dan gas naik lagi artinya beban subsidi untuk Bahan Bakar Minyak (BBM), dan Gas LPG akan membengkak.
Meski begitu, Wahyu memastikan jika anggaran subsidi membengkak, maka pemerintah sudah menyiapkan dana cadangan. Sehingga anggaran subsidi energi ini akan tetap aman dan terkendali.
Selain itu, Ia juga memastikan kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 ini juga akan tetap terkendali. “APBN 2022 masih aman terkendali,” imbuh Wahyu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News