Reporter: Arsy Ani Sucianingsih | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah tengah dalam tekanan. Mata uang Garuda ditutup melemah 0,41% dibandingkan hari sebelumnya menjadi Rp 13.816 per dollar AS pada Kamis (8/3).
Meski demikian, pemerintah punya pandangan tersendiri terhadap otot rupiah yang sedang loyo ini. Direktur Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Kementerian Keuangan Kunta Nugraha mengatakan, pelemahan rupiah justru akan berdampak positif pada sisi anggaran.
Menurutnya, dampak positif tersebut terjadi pada penerimaan Sumber Daya Alam (SDA) yang lebih banyak dalam bentuk valas.
“Pembiayaan Juga, Belanja juga pakai valas. Hanya bunga utang dan subsidi,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (8/3).
Hal ini di dukung dalam Nota Keuangan, pemerintah telah menghitung sensitivitas APBN 2018.
Di mana setiap pelemahan nilai rupiah Rp 100 per us dollar akan ada tambahan pendapatan negara sebesar Rp 3,8 hingga Rp 5,1 triliun. Lalu, pada belanja Negara akan bertambah Rp 2,2 triliun hingga 3,4 triliun.
Lalu, menurut kurs referensi Bank Indonesia per tanggal 8 Maret 2018 rupiah saat ini berada pada Rp 13.774. sementara pada asumsi makro, pemerintah telah mematok rupiah pada tahun ini Rp 13.400. Itu artinya, rupiah melemah sekitar Rp 300 per dolar Amerika.
Dengan demikian, potensi kelebihan pembiayaan dalam satu tahun sebesar Rp 4,5 triliun hingga Rp 4,8 triliun.
“Kurs saat ini Rp 13.700 bellum tentu rata-rata setahun segitu, kita asumsikan masih Rp 13.400,” tambahnya.
Di sisi lain, ditemui secara terpisah Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Ari Kuncoro mengatakan, dalam jangka pendek pemerintah dapat menaikkan bunga satu tingkat, kedua yakni menggunakan cadangan devisa.
Namun, dalam jangka panjang pemerintah dapat mengarahkan masyarakat untuk berinvestasi di pasar saham, obligasi. Dan memperkuat Industri dalam negeri sehingga komponen impor dapat di tekan.
Menurutnya, dalam segi kualitas, Indonesia masih kalah dalam hal kualitas. “Tas perempuan kan mahal kalau pakai kulit Indonesia gak bisa Hermes itu Rp1 miliar karena kulitnya dari Italia,” ucapnya.
Dia menambahkan, jika Indonesia ingin bersaing, maka perlu meningkatkan industri secara jangka panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News