Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) terus berupaya mengendalikan nilai tukar rupiah agar tidak merosot terlalu dalam.
Untuk diketahui, selama libur lebaran, rupiah bergerak liar di pasar non-deliverable forward (NDF). Sentimen eksternal menjadi pemicu utama volatilitas rupiah ini. Kurs rupiah terjun bebas hingga level Rp 17.006 per dolar AS pada Jumat (4/4) di pasar NDF.
Merespons hal tersebut, Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, BI pada 7 April 2025 melakukan intervensi di pasar off-shore NDF secara berkesinambungan di pasar Asia, Eropa, dan New York guna stabilisasi nilai tukar rupiah dari tingginya tekanan global.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Melemah 0,11% ke Rp 16.880 per Dolar AS pada Rabu (23/4)
“Respons kebijakan ini memberikan hasil positif, tecermin dari perkembangan rupiah yang terkendali dan menguat menjadi Rp 16.855 per dolar AS pada 22 April 2025, dibandingkan dengan level Rp 16.865 per dolar AS pada hari pertama pembukaan pasar domestik pascalibur tanggal 8 April 2025,” tutur Perry dalam konferensi pers, Rabu (23/4).
Perry membeberkan, tekanan kuat terhadap nilai tukar rupiah terjadi di pasar off-shore NDF pada saat libur panjang pasar domestik dalam rangka Idulfitri 1446 H, akibat kebijakan tarif resiprokal AS.
Namun dengan upaya BI tersebut, nilai tukar rupiah pada 27 Maret 2025 tercatat Rp16.560 per dolar AS atau menguat 0,12% (ptp) dibandingkan dengan level akhir Februari 2025.
Ia juga menjelaskan, pergerakan rupiah masih sejalan dengan perkembangan mata uang regional dan berada dalam kisaran yang sesuai dengan fundamental ekonomi domestik dalam menjaga stabilitas perekonomian.
Ke depan, Perry memperkriakan, nilai tukar rupiah akan stabil didukung komitmen BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik.
Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Melemah 0,07% ke Rp 16.872 per Dolar AS pada Rabu (23/4)
BI juga terus memperkuat respons kebijakan stabilisasi, termasuk intervensi terukur di pasar off-shore NDF dan strategi triple intervention pada transaksi spot, DNDF, dan SBN di pasar sekunder.
“Seluruh instrumen moneter juga terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI, untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk investasi portofolio asing dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah,” tandasnya.
Selanjutnya: Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Bertemu Dengan Atlet Muay Thai Peraih Medali Emas PON
Menarik Dibaca: Ini Cara Allianz Indonesia Dukung Kepemimpinan Perempuan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News