kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Risiko taper tantrum buat Sri Mulyani memikirkan strategi pembiayaan yang tepat


Senin, 24 Mei 2021 / 18:32 WIB
Risiko taper tantrum buat Sri Mulyani memikirkan strategi pembiayaan yang tepat
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani


Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan dampak dari normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) akibat pemulihan ekonominya bagi pasar keuangan domestik. 

Ia mengungkapkan, hal tersebut tentu saja akan memberi dampak pada yield surat berharga baik domestik maupun internasional, sehingga pemerintah harus sigap dalam menghadapinya. 

“Strategi pembiayaan harus dipikirkan dalam kondisi ketidakpastian yang meningkat karena kondisi pasar keuangan global akan sangat dinamis,” kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Senin (24/5). 

Kondisi yang tidak pasti tersebut memang sudah berlangsung sejak Februari 2021 dan Maret 2021. Terlebih setelah inflasi AS lompat ke level tertinggi yang dikhawatirkan membuat Federal reserve melakukan pengetatan kebijakan moneter dan mengerek suku bunga. 

Dari sinilah adanya kekhawatiran arus modal keluar dari pasar keuangan domestik dan akan terjadi taper tantrum yang menyebabkan yield surat berharga terimbas. 

Menanggapi hal itu, Anggota Komisi XI DPR RI Misbakhun mempertanyakan upaya pemerintah yang lebih nyata dalam menghadapi risiko ini. Menurutnya, pemerintah bisa menyesuaikan yield SUN agar tetap menarik di tengah kondisi yang mengkhawatirkan. 

Baca Juga: Pengusaha sebut pemerintah lebih baik menaikkan PPh ketimbang PPN

Apalagi, Bank Indonesia (BI) saat ini juga sudah menurunkan suku bunga acuan menjadi 3,5%, yang merupakan suku bunga terendah sepanjang sejarah. Seharusnya, pemerintah juga sudah bisa untuk melakukan langkah yang berani. 

“Kenapa BI bisa turunkan signifikan suku bunga tetapi yield surat utang masih dalam kisaran yang setinggi 7%? Ini padahal sama-sama instrumen pembiayaan, hanya saja satu moneter dan satu fiskal,” katanya. 

Misbakhun juga mengingatkan, jangan sampai Indonesia telat dalam mengambil langah karena bila taper tantrum terjadi lebih cepat. Karena investor bisa berbondong-bondong cabut dari pasar keuangan dalam negeri dan akan mencari imbal hasil yang lebih menarik dari Indonesia. 

Selanjutnya: Akhirnya, Sri Mulyani buka suara soal tax amnesty jilid II

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×