Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Jaksa Penuntut Umum (JPU) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali memutar rekaman sadapan percakapan antara Ridwan Hakim dan Ahmad Fathanah saat sidang perkara suap pengurusan kuota impor daging sapi di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (11/11/2013).
Rekaman yang di dalamnya berisi pernyataan mengenai uang sebesar Rp 40 miliar dari PT Indoguna Utama yang dibawa pengusaha Sengman Tjahja itu, oleh Ketua Majelis Hakim Gusrizal Lubis meminta tanggapan Ridwan Hakim.
Namun, Ridwan yang dihadirkan sebagai saksi untuk terdakwa Luthfi Hasan Ishaaq ini mengaku bosan menjelaskan lantaran terus ditanyakan perihal masalah yang pernah ia sangkalnya.
"Saya sudah bosan soal ini. Ini sering ditanyakan ke saya dan sudah diputar berkali-kali oleh KPK. Dan saya berkali-kali bilang angka 40, ini kan Fathanah yang bicara. Tanyakan saja ke dia. Kan saya sudah sangkal, tapi ditanya-tanya terus. Atau hadirkan saja orang yang bawa uangnya (Sengman Tjahja)," kata Ridwan bersaksi untuk terdakwa Luthfi Hasan Ishaaq.
Dalam percakapan antara Ridwan dan Fathanah yang disadap KPK, Fathanah mengatakan, PT Indoguna sudah menyerahkan uang Rp 40 miliar kepada Sengman melalui Elda Daviane Adhiningrat yang mantan Ketua Asosiasi Perbenihan Indonesia.
Pada sidang sebelumnya, saat bersaksi untuk Fathanah, Ridwan juga mengungkapkan bawa Sengman yang dimaksud dalam percakapannya dengan Fathanah itu merupakan utusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"Waktu saya diputarkan (rekaman) ini di penyidikan KPK, saya jelaskan Bapak Sengman ini setahu saya ini utusan Presiden kalau datang ke PKS," kata Ridwan, Kamis 29 Agustus lalu.
"Presidennya siapa?" tanya anggota Hakim Nawawi.
"Presiden kita, Pak SBY. (Sengman) di BAP (Berita Acara Pemeriksaan) ditulis dia orang dekatnya Pak SBY," jawab Ridwan lagi.
Berikut transkrip percakapan antara Fathanah dan Ridwan Hakim melalui telepon.
F (Fathanah): Saya udah kontak Ibu EL udah beres, Wan.
R (Ridwan): Udah beres ke mana?
F: Udah beres 40 lebih dikirim lewat Sengman dan Hendra waktu itu.
R: Belum nyampe, bos.
F: Lah, udah enggak mungkinlah, makanya ibu El itu nggak mungkin. Udah-udah beres bener, Engkong sendiri waktu itu sesudah itu pernah ketemu dan tidak ada komentar gitu, loh.
R: Iya enggak ada komentar. Masa di depan show room ngasih komentar, kan enggak mungkin. Yang jelas komplainnya ke kita.
F: Satu dan engkong.
R: Apa?
F: Ke satu dan engkong enggak mungkinlah ya juga. Tapi, udah nyampe kok 40 (empat puluh). Ditenteng langsung sama Ibu kok untuk disampaikan ke Lembang.
R: Enggak ada, komplainnya ke kita bos.
F: Hah? Ya, udah kalo mau.
R: Komplainnya ke kita, kenapa?
F: Dalam waktu dekat ketemu sama Ibu El dulu deh supaya jelas.
R: Oke boleh, boleh, boleh.
F: Bener, Wan?
R: Iya.
F: Enggak nyampe?
R: Enggak nyampe, baru konfirmasi lagi kan kemarin.
F: Ya Allah ya Robbi, ke mana. Masa Sengman dengan Hendra enggak nyampein?
R: Ya, enggak tahu, pokoknya gitu ceritanya.
F: Hehh
R: Jadi gimana, malam ini jadi ketemu enggak?
F: Ketemu, ketemu, saya ketemu di Citos (Cilandak Town Square). Eh Wan, kesemuanya, kewajibannya Ibu El sendiri berapa ke Engkong?
R: Eee, yang jelas, nanti deh diomonginnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News