kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

RI sulit untuk keluar dari middle income trap


Selasa, 14 Oktober 2014 / 22:55 WIB
RI sulit untuk keluar dari middle income trap
ILUSTRASI. Sebelum Tukar Valas, Tengok Kurs Dollar-Rupiah di BCA Hari Ini Rabu (3/5)./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/21/11/2012.


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Ekonomi yang melambat dengan pertumbuhan di bawah 6% adalah gambaran ekonomi Indonesia setidaknya dalam dua tahun terakhir. Perlambatan ini diperkirakan akan berlanjut hingga tahun depan dan bahkan bisa lebih melambat dibanding pertumbuhan tahun ini.

Dengan ekonomi yang melambat, impian untuk naik kelas ke negara maju akan sulit tercapai. Ancaman untuk tetap terjebak sebagai negara berpendapatan menengah alias middle income trap akan terus terjadi.

Pemerintah tidak menampik beratnya Indonesia untuk keluar dari negara berpendapatan menengah dengan ekonomi yang tumbuh hanya 5%.

Bahkan Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro juga mengatakan middle income trap sulit untuk diatasi.

Perlambatan ekonomi yang terjadi di Indonesia terpengaruh oleh perlambatan global. Harga komoditas dunia jatuh, seiring dengan jatuhnya ekonomi China sebagai negara komoditas ekspor terbesar Indonesia.

Kalau ekonomi global membaik maka Indonesia baru mempunyai kemungkinan untuk bisa tumbuh lebih baik. Maka dari itu, yang penting dilakukan tahun ini dan tahun depan adalah menjaga stabiltias ekonomi.

Sumber pertumbuhan yang bisa diharapkan adalah percepatan pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur diharapkan bisa mulai pada tahun 2015 oleh pemerintahan baru melalui anggaran yang lebih produktif. "Kalaupun tidak ada sumber pertumbuhan dari luar, ada sumber pertumbuhan dari dalam," ujar Bambang, Selasa (14/10).

Ia menjelaskan, ada tiga sumber pertumbuhan yaitu konsumsi domestik, ekspor dan investasi. Untuk konsumsi domestik, Indonesia masih tergolong kuat.

Ekonomi Indonesia yang tumbuh agak kencang pada tahun 2010-2012 dengan pertumbuhan di atas 6% adalah akibat ekspor. Harga komoditas yang tinggi masih menjadi pendongkrak ekonomi waktu itu.

Untuk investasi, karena terpengaruh oleh ekspor yang menurun maka investasi mengalami perlambatan. Laju investasi tidak sekuat tahun 2011 dan 2012 lalu.

Yang bisa dilakukan untuk mendorong ekonomi ke depan adalah dongkrak investasi. Masalah investasi saat ini adalah iklim usaha yang tidak mendukung, dimulai dari masalah tanah hingga tata cara pengadaan. Perbaiki berbagai masalah tersebut untuk bisa mendorong supply dengan baik.

Hitungan Bambang, butuh investasi di atas 10% agar Indonesia bisa kembali ke pertumbuhan dengan rata-rata 6% atau lebih. "Namun yang paling penting kita harus bicara dulu efisiensi ekonominya," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×