kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   -10.000   -0,51%
  • USD/IDR 16.355   -190,00   -1,15%
  • IDX 6.869   82,03   1,21%
  • KOMPAS100 995   15,18   1,55%
  • LQ45 764   10,59   1,40%
  • ISSI 223   2,25   1,02%
  • IDX30 395   4,66   1,19%
  • IDXHIDIV20 461   4,56   1,00%
  • IDX80 112   1,50   1,36%
  • IDXV30 114   0,50   0,44%
  • IDXQ30 128   1,96   1,56%

RI-China sepakat pelihara stabilitas kawasan


Sabtu, 11 Agustus 2012 / 09:18 WIB
RI-China sepakat pelihara stabilitas kawasan
ILUSTRASI. Tak semua pasien Covid-19 harus dirawat di RS, ini cara menentukan berdasarkan gejala


Reporter: Asnil Bambani Amri, BBC | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa dan Menlu China Yang Jiechi sepakat mengedepankan diplomasi dalam menyelesaikan sengketa laut China Selatan, yang dipertikaikan China dan sejumlah negara ASEAN.

Hal itu ditegaskan Marty dan Yang Jiechi usai menandatangani kerjasama bilateral di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Jumat (10/08) sore. Yang Jiechi sebelumnya bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di komplek Istana Merdeka, Jakarta.

Dalam pernyataan pers, Menlu Yan Jiechi mengatakan, memelihara perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan merupakan tanggungjawab jawab bersama semua negara di kawasan tersebut.

"China, Indonesia, dan negara anggota ASEAN lainnya akan terus bekerjasama," kata Yan, seperti dilaporkan wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan.

Kerjasama itu, lanjutnya, untuk mengimplementasikan secara penuh dan efektif Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea. "(Yaitu) membangun rasa saling percaya, meningkatkan kerjasama, memelihara perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan," tambahnya.

Semua itu, imbuh Yan, didasarkan atas "konsensus bagi diadopsinya suatu code of conduct di Laut China Selatan".

Diplomasi Indonesia

Sementara, Menlu Marty Natalegawa dalam wawancara terpisah dengan wartawan, mengatakan, negara-negara ASEAN dan China dituntut menciptakan kondisi kondusif bagi perdamaian dan stabilitas di kawasan Laut China selatan.

Menlu Marty Natalewaga menyatakan, China sepakat mengutamakan pendekatan diplomatik untuk menyelesaikan sengketa di Laut China Selatan. "Karena itulah, tentunya semua pihak perlu menunjukkan sikap menahan diri," kata Marty.

Utamanya, lanjutnya, mengkonsolidasi ulang proses diplomasi dalam penyelesaian sengketa di kawasan tersebut. "Karena pasca pertemuan tingkat menlu di Phnom Penh, sempat dipertanyakan kesatuan ASEAN," ungkapnya.

Seperti diketahui, para menteri luar negeri Asean pada Juli lalu gagal menghasilkan pernyataan bersama pasca pertemuan tahunan di Phnom Penh ketika tuan rumah Kamboja menolak proposal dari Filipina dan Vietnam untuk menyebut perselisihan perbatasan mereka dalam pernyataan itu.

Saat ini, Marty mengklaim, kesatuan ASEAN saat ini sudah dipulihkan. "Oleh diplomasi Indonesia," tegas Menlu Marty. "Dan sekarang dengan Tiongkok juga melakukan hal yang sama. Hasilnya, Tiongkok setuju prroses diplomasi diutamakan," katanya.

"Dan sekarang dengan Tiongkok juga melakukan hal yang sama. Hasilnya, Tiongkok setuju prroses diplomasi diutamakan," jelasnya. Selanjutnya, "pada waktunya nanti akan dicapai code of conduct," tambah Marty.

China sejauh ini mengklaim wilayah Laut China Selatan, sekaligus kawasan yang diklaim oleh Filipina, Vietnam, Taiwan, Brunei dan Malaysia. Konflik kepemilikan itu dipicu dugaan adanya cadangan minyak dan gas dalam jumlah besar di wilayah tersebut.

Tahun lalu hubungan antara Beijing dan Manila serta Hanoi rusak akibat konflik Laut China Selatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×