CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.897   -71,00   -0,45%
  • IDX 7.245   -63,56   -0,87%
  • KOMPAS100 1.108   -9,65   -0,86%
  • LQ45 880   -6,33   -0,71%
  • ISSI 220   -1,67   -0,76%
  • IDX30 451   -3,42   -0,75%
  • IDXHIDIV20 542   -4,51   -0,82%
  • IDX80 127   -1,12   -0,87%
  • IDXV30 136   -1,39   -1,01%
  • IDXQ30 150   -1,34   -0,88%

Revolusi mental Jokowi gagal, jika menteri tua-tua


Sabtu, 18 Oktober 2014 / 14:06 WIB
Revolusi mental Jokowi gagal, jika menteri tua-tua
ILUSTRASI. Direktur Utama PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) Juliawati Gunawan Halim saat paparan publik di Jakarta (1/3/2022).


Sumber: TribunNews.com | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Revolusi mental presiden terpilih Joko Widodo jangan hanya sebagai jargon kosong tanpa keteladanan yang diperlihatkan kabinetnya.

Psikolog Politik UI Dewi Haroen menilai, jika para menteri yang menjadi pembantunya adalah kaum tua dan mengulang praktik korupsi, revolusi mental tidak akan mungkin terwujud.

"Sebaiknya, revolusi mental itu diarahkan memperdalam  penghayatan nilai-nilai Pancasila dan profesionalitas bukan kaum tua," kata Dewi dalam keterangan persnya, Sabtu (18/10/2014).

Revolusi mental itu, kata Dewi,  membutuhkan keteladanan. Kalau tidak ada keteladanan tidak memiliki arti apa-apa. Mestinya revolusi mental itu diarahkan menghayati nilai-nilai yang terkandung Pancasila di dalamnya.

"Jadi Revolusi mental itu bukan kaum tua apalagi perwakilan dari partai politik yang akan duduk di kabinet, apalagi figur yang tidak memiliki kompetensi. Karena banyak kader muda di luar partai yang mempunyai profesionalitas dan kapabilitas di berbagai bidang," tandasnya. (Muhammad Zulfikar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×