kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Resesi ekonomi Singapura tidak berdampak langsung ke ekonomi Indonesia


Rabu, 15 Juli 2020 / 14:38 WIB
Resesi ekonomi Singapura tidak berdampak langsung ke ekonomi Indonesia
ILUSTRASI. Kementerian Keuangan yakin resesi di Singapura tidak serta-merta berdampak ke perekonomian Indonesia.


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Khomarul Hidayat

Masyita menilai sebetulnya Singapura merupakan salah satu financial center di Asia, banyak dana dari luar Singapura tercatat sebagai investasi dari Singapura. Setali tiga uang, bila investasi menuju negara berkembang sedang turun, maka terefleksikan pula di data aliran modal dari Singapura.

“Saya rasa Singapura tidak mungkin mengurangi fungsinya sebagai trade-hub dan financial center, justru di masa krisis ini mereka lebih membutuhkan nilai tambah dari fungsinya tersebut,” kata Masyita.

Dari sisi investasi pasar modal, Masyita menyampaikan, secara umum investasi di dunia sudah mulai mengindikasikan perpindahan ke negara berkembang. Hal tersebut, terlihat dari aliran modal masuk  yang sudah mulai keluar dari safe heaven asset seperti US Treasury menuju obligasi dan saham negara berkembang.

Baca Juga: Petinggi The Fed waspadai resesi jangka panjang

“Mungkin tidak akan kembali seperti semula karena fundamental ekonomi dunia masih lemah, namun tidak seperti di kuartal II-2020 terutama antara bulan Maret-Mei dimana pasar finansial global mengalami syok berat,” ujar Staf Khusus Menteri Keuangan Sri Mulyani itu.

Ke depan, Masyita optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia di semester kedua 2020 akan lebih baik daripada kuartal II-2020. Kepercayaan itu dilandasi oleh meningkatkan konsumsi masyarakat karena pelonggaran pembatasan sosial bersekala besar (PSBB).

Di sisi lain, berbagai stimulus untuk penganggulangan dampak corona virus disease 2019 (Covid-19) sudah lebih berjalan di kuartal III-2020 dibandingkan kuartal II-2020. Sebagai catatan, per 24 Juni 2020 anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) baru terealisasi Rp 117,91 triliun atau setara 16,9% dari total anggaran sebesar Rp 695,2 triliun.

Untuk bisa mendanai program PEN, Masyita bilang, pemerintah akan memastikan dari segi pembiayaan tidak ada masalah. Salah satunya, dengan skema burden sharing dengan Bank Indonesia (BI) yang dapat mengurangi biaya krisis yang ditanggung pemerintah. “Memastikan disbursement dari berbagai stimulus tepat waktu dan tepat sasaran agar maksimal dampaknya pada perekonomian,” ujar dia.

Baca Juga: Singapura dan Malaysia sepakat membuka kembali perbatasan untuk perjalanan bisnis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×