kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Resesi di depan mata, Sri Mulyani sebut ekonomi kuartal III-2020 tumbuh negatif


Rabu, 02 September 2020 / 12:07 WIB
Resesi di depan mata, Sri Mulyani sebut ekonomi kuartal III-2020 tumbuh negatif
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan paparan saat rapat kerja bersama Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Secara teknikal, resesi ekonomi terjadi bila pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif secara tahunan. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan di tahun ini resesi ekonomi akan terjadi karena kondisi di kuartal III-2020.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2020 sebesar 2,97% year on year (yoy). Kemudian, di kuartal II-2020 minus 5,32% yoy. Dus, resesi ekonomi akan ditentukan oleh realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2020.

Setelah melalui dua bulan di periode kuartal III-2020, Menkeu Sri Mulyani akhirnya angkat bicara bahwa ekonomi Indonesia tidak bisa menahan resesi ekonomi di tahun ini. 

Baca Juga: Ada Sinyal Ekspansi di Sektor Manufaktur, Simak Saham Pilihan Analis

“Di kuartal III-2020 masih mengalami negative growth, bahkan di kuartal IV-2020 masih dalam zona sedikit di bawah netral,” ujar Menkeu Sri Mulyani dalam Rapat dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Rabu (2/9).

Menkeu menegaskan tahun ini memang jadi periode yang berat bagi ekonomi Indonesia baik dari sisi konsumsi, investasi, maupun perdagangan. 

Dus, sampai dengan akhir tahun 2020, Menkeu memprediksi ekonomi Indonesia berada di rentang minus 1,1% sampai 0,2%.

Asumsi Menkeu, bila ekonomi Indonesia berada di level 0,2% tahun ini, maka sudah terjadi recovery di kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 dari realisasi di kuartal II-2020.

Sementara itu, di tahun depan Menkeu perkirakan pertumbuhan ekonomi di rentang 4,5%-5,5%. Hal tersebut didasarkan pada momentum pemulihan terjaga meskipun ketdiakpastian Covid-19 masih terjadi. 

Namun, tahun depan pun diprediksi belum sepenuhnya pulih, hal tersebut tergantung dari penanganan pandemi di semester II-2020.

“Semua prediksi mengenai vaksin baru akan akan dilakukan secara luas setelah vaksin ditemukan dan vaksinasi meluas di semester II-2020. Jadi semester I-2021 tidak bisa asumsikan pemulihan full power, sebab Covid-19 masih jadi salah satu faktor yang menahan di konsumsi dan investasi maupun pemulihan ekonomi global,” kata Menkeu.

Baca Juga: Kadin sebut Indonesia sulit terlepas dari resesi ekonomi meski manufaktur membaik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×