kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.904.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.280   0,00   0,00%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Rencana Pembelian SBN oleh BI Berisiko Terhadap Independensi dan Stabilitas Ekonomi


Minggu, 23 Februari 2025 / 14:57 WIB
Rencana Pembelian SBN oleh BI Berisiko Terhadap Independensi dan Stabilitas Ekonomi
ILUSTRASI. Penerbitan SBN - Suasana dealing room transaksi Surat Berharga Negara (SBN) di Bank Negara Indonesia (BNI), Jakarta, Selasa (21/01/2025). Pemerintah akan kembali menerbitkan SBN ritel sepanjang 2025. Tahun ini Kementerian Keuangan menjadwalkan penawaran untuk 8 seri baru SBN ritel. Obligasi Negara Ritel (ORI) akan jadi jenis SBN ritel yang ditawarkan pertama kali tahun ini. Penawaran akan dilakukan pada 27 Januari hingga 20 Februari 2025. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/21/01/2025


Reporter: Indra Khairuman | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana Bank Indonesia (BI) untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder menimbulkan kekhawatiran mengenai kemungkinan pelanggaran independensi lembaga tersebut, terutama jika pengumuman tersebut dilakukan sebelum pasar primer dibuka, yang berpotensi berdampak negative pada stabilitas ekonomi.

Wijayanto Samirin, Ekonom dari Universitas Paramadina, menekankan bahwa meskipun upaya tersebut tidak melanggar independensi BI secara hukum,  terdapat risiko substansi yang harus diperhatikan. “Jika komitmen tersebut disampaikan sebelum pasar primer dibuka, ini tentunya melanggar,” tegas Wijayanto kepada Kontan.co.id, Minggu (23/02).

Baca Juga: Strategi BI Kendalikan Inflasi Pangan Jelang Ramadan 2025

Hal ini menyoroti pentingnya transparansi dan timing dalam pengumuman kebijakan untuk menjaga kepercayaan publik terhadap BI.

Lebih lanjut, Wijayanto mengingatkan bahwa Independensi BI bisa semakin tergerus akibat langkah-langkah sebelumnya. “Seperti penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) secara eksesif dan penerapan mekanisme debt-switch untuk memperpanjang durasi SBN yang dipegang oleh BI dengan menukar SBN jatuh tempo dengan SBN baru,” tambahnya.

Baca Juga: ORI027 Diserbu Investor, Begini Prospek SBN di 2025

Jika tidak dikelola dengan baik, penurunan independensi ini dapat berdampak negatif pada efektivitas kebijakan moneter serta stabilitas ekonomi secara keseluruhan, yang pada akhirnya dapat mengurangi kepercayaan investor dan masyarakat.

Penting bagi BI untuk secara cermat mempertimbangkan dampak jangka panjang dari kebijakan utang yang diambil, agar tidak mengorbankan independensinya sekaligus menjaga stabilitas ekonomi negara.

Baca Juga: Ambisi 3 Juta Rumah: Tantangan & Risiko Utang yang Mengancam Kesehatan Fiskal Negara

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×