kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.704.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.310   25,00   0,15%
  • IDX 6.803   14,96   0,22%
  • KOMPAS100 1.005   -3,16   -0,31%
  • LQ45 777   -4,08   -0,52%
  • ISSI 212   1,22   0,58%
  • IDX30 402   -2,62   -0,65%
  • IDXHIDIV20 484   -3,58   -0,73%
  • IDX80 114   -0,52   -0,46%
  • IDXV30 119   -0,94   -0,79%
  • IDXQ30 132   -0,40   -0,30%

Rencana BASF dan Eramet untuk Kembangan Hilirisasi Nikel di Indonesia Makin Dekat


Kamis, 19 Januari 2023 / 08:10 WIB
Rencana BASF dan Eramet untuk Kembangan Hilirisasi Nikel di Indonesia Makin Dekat
ILUSTRASI. Menteri Investasi Bahlil Lahadalia


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. BASF Jerman dan perusahaan tambang asal Prancis, Eramet tengah menyelesaikan kesepakatan kemitraan senilai US$ 2,6 miliar untuk berinvestasi di Indonesia guna mengolah nikel untuk kendaraan listrik (EV).

Investasi pada proyek ini punya nilai sekitar 2,4 miliar euro atau jika dikonversi dalam dolar Amerika Serikat (AS) nilai itu setara dengan US $2,59 miliar.

Proyek tersebut akan dikembangkan di Teluk Weda, Indonesia untuk menghasilkan endapan hidroksida campuran (MHP) dari nikel melalui pabrik pelindian asam bertekanan tinggi (HPAL).

"Kesepakatan kami dengan Eramet sedang dalam tahap akhir. Kemungkinan keputusan kami akan diambil pada paruh pertama tahun 2023," jelas Menteri Investasi Bahlil Lahadalia seperti dikutip Reuters, Kamis (19/1).

Baca Juga: Permintaan Meningkat, BASF Ekspansi Kapasitas Dispersi Polimer di Merak

Adapun pabrik anyar dengan kapasitas 67.000 ton nikel dan 7.000 kobalt per tahun ini diharapkan akan mulai berproduksi pada awal 2026. Namun rencana ini kembali pada keputusan akhir.

Eramet akan memiliki 51% dari proyek tersebut, sementara BASF akan memegang 49%. Selama ini, investasi produksi MHP didominasi oleh perusahaan China seperti Zhejiang Huayou Cobalt dan Tsingshan Holding Group.

Seiringan dengan itu analis memperkirakan, Indonesia siap menjadi pemasok baterai nikel terbesar di dunia. Ini terlihat dari upaya Indonesia membangun fasilitas produksi hingga 4,5 juta ton.

Sebelumnya, Indonesia juga telah perjanjian dengan pembuat mobil China BYD Group dan Tesla untuk berinvestasi di fasilitas produksi kendaraan listrik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×