Reporter: Yuliana Hema | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. BASF Jerman dan perusahaan tambang asal Prancis, Eramet tengah menyelesaikan kesepakatan kemitraan senilai US$ 2,6 miliar untuk berinvestasi di Indonesia guna mengolah nikel untuk kendaraan listrik (EV).
Investasi pada proyek ini punya nilai sekitar 2,4 miliar euro atau jika dikonversi dalam dolar Amerika Serikat (AS) nilai itu setara dengan US $2,59 miliar.
Proyek tersebut akan dikembangkan di Teluk Weda, Indonesia untuk menghasilkan endapan hidroksida campuran (MHP) dari nikel melalui pabrik pelindian asam bertekanan tinggi (HPAL).
"Kesepakatan kami dengan Eramet sedang dalam tahap akhir. Kemungkinan keputusan kami akan diambil pada paruh pertama tahun 2023," jelas Menteri Investasi Bahlil Lahadalia seperti dikutip Reuters, Kamis (19/1).
Baca Juga: Permintaan Meningkat, BASF Ekspansi Kapasitas Dispersi Polimer di Merak
Adapun pabrik anyar dengan kapasitas 67.000 ton nikel dan 7.000 kobalt per tahun ini diharapkan akan mulai berproduksi pada awal 2026. Namun rencana ini kembali pada keputusan akhir.
Eramet akan memiliki 51% dari proyek tersebut, sementara BASF akan memegang 49%. Selama ini, investasi produksi MHP didominasi oleh perusahaan China seperti Zhejiang Huayou Cobalt dan Tsingshan Holding Group.
Seiringan dengan itu analis memperkirakan, Indonesia siap menjadi pemasok baterai nikel terbesar di dunia. Ini terlihat dari upaya Indonesia membangun fasilitas produksi hingga 4,5 juta ton.
Sebelumnya, Indonesia juga telah perjanjian dengan pembuat mobil China BYD Group dan Tesla untuk berinvestasi di fasilitas produksi kendaraan listrik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News