Reporter: Bidara Pink | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Posisi cadangan devisa Indonesia pada Agustus 2020 kembali mencetak rekor tertinggi baru. Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi cadangan devisa per akhir Agustus 2020 mencapai US$ 137,0 miliar atau naik US$ 1,9 miliar dibandingkan dengan posisi akhir Juli 2020 yang sebesar US$ 135,1 miliar.
Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko, Senin (7/9) menyebut kenaikan cadangan devisa Indonesia pada Agustus 2020 karena ada tambahan valuta asing dari hasil penarikan utang luar negeri pemerintah. Selain itu tambahan devisa berasal dari penerimaan pajak dan devisa ekspor minyak dan gas bumi.
Onny menyebut posisi cadangan devisa ini secara moneter setara untuk pembiayaan impor selama 9 bulan impor dan membayar utang luar negeri pemerintah. Artinya posisi cadangan devisa Indonesia jauh di atas batas standar internasional yakni kecukupan cadangan devisa untuk 3 bulan impor.
BI optimistis dengan cadangan devisa ini membuat BI lebih leluasa dalam menjalankan tugas menjaga stabilitas moneter. Selain itu ke depan cadangan devisa diprediksi tetap memadai, karena mendapatkan dukungan stabilitas dan prospek ekonomi yang positif, seiring berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi saat pandemi.
Selain itu, Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual melihat kalau peningkatan cadangan devisa juga disebabkan oleh deposito berjangka valuta asing yang mengalami kenaikan sehingga menyebabkan terjadinya kelebihan likuiditas di pasar keuangan. Selain itu kenaikan cadangan devisa lantaran ada perbaikan harga komoditas ekspor sumber daya alam Indonesia di pasar global.
Baca Juga: Cadangan devisa Agustus 2020 catat rekor tertinggi sepanjang sejarah
"Ada perbaikan harga komoditas mulai dari mineral seperti tembaga, nikel, logam mulia. Ekspor kita juga diperkirakan masih naik dan terjadi surplus perdagangan beberapa bulan terakhir," katanya.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan, kebutuhan valas untuk impor yang cenderung melambat juga berkurang sehingga cadangan devisa tetap meningkat. "Pembayaran impor yang rendah mengindikasikan kinerja impor pada bulan Agustus 2020 masih lemah, sejalan dengan perlambatan ekonomi domestik," ujar Josua.
Potensi risiko
Meskipun saat ini posisi cadangan devisa Indonesia meningkat, David mengingatkan ada potensi risiko dalam beberapa waktu ke depan. Pertama, Ia melihat masih banyak ketidakpastian seperti kapan pandemi virus korona Covid-19 akan bisa ditangani baik di Indonesia maupun di tingkat global. Karena itu Indonesia perlu menjaga fundamental ekonomi
Kedua, ketidakpastian dari dari Amerika Serikat (AS) yang akan menggelar pemilihan presiden pada pada akhir tahun ini. Hasil pemilu di Amerika Serikat dikhawatirkan akan menggoyang pasar finansial global. Bila ada guncangan di pasar, maka akan ada kemungkinan dollar AS akan mengalami shortage sehingga Indonesia bisa kekeringan dollar AS.
Baca Juga: Ekonom Bank Permata nilai kenaikan cadangan devisa pertanda ekonomi mulai pulih
Karena itulah, David memperkirakan, kalau nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat akan bergerak di kisaran Rp 14.500 - Rp 15.000 hingga akhir tahun ini. "Pergerakannya akan mengikuti perkembangan mata uang lain. Namun, Indonesia memiliki secondary buffer, yaitu swap dengan bank sentral negara lain dan repo line langsung dengan The Fed," tandasnya.
Sedangkan Josua memperkirakan kurs rupiah stabil di kisaran Rp 14.735 - Rp 14.745 per dollar AS, dan cadangan devisa bisa menguat hingga US$ 140 miliar. Proyeksi Josua ini lantaran saat ini suku bunga bank sentral global cenderung rendah sehingga portofolio di Indonesia menarik bagi investor global.
Selanjutnya: Rekor cadev tak kuat mengangkat IHSG hari ini, bagaimana dengan besok?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News