kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.249   -49,00   -0,30%
  • IDX 7.072   6,15   0,09%
  • KOMPAS100 1.057   1,66   0,16%
  • LQ45 830   -0,97   -0,12%
  • ISSI 215   0,65   0,30%
  • IDX30 424   -0,56   -0,13%
  • IDXHIDIV20 514   0,43   0,08%
  • IDX80 120   0,08   0,07%
  • IDXV30 125   0,78   0,63%
  • IDXQ30 142   0,10   0,07%

Redam Rupiah, OJK dorong 'Kadin' melantai di bursa


Kamis, 12 Maret 2015 / 18:49 WIB
Redam Rupiah, OJK dorong 'Kadin' melantai di bursa
ILUSTRASI. Promo JSM Alfamidi Spesial Gajian Periode 28 September-1 Oktober 2023.


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Pemerintah, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beberapa hari terakhir terlihat lebih intens menggelar pertemuan. Tujuannya sudah jelas, membahas perkembangan ekonomi terakhir, terutama kondisi nilai tukar rupiah yang terus terdepresiasi.

Bagi OJK, hal yang menjadi perhatian utama terkait kondisi tersebut adalah masih dangkalnya pasar keuangan dan pasar modal yang ada. Sehingga, pasar mudah bergejolak ketika ada sentimen yang terjadi, seperti data ekonomi global.

Nah, terkait hal itu Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad mengatakan, untuk memperdalam pasar modal pihaknya akan mendorong lebih banyak perusahaan yang melantai di bursa. Untuk itu, OJK menjalin kerjasama dengan sejumlah pengusaha, termasuk Kamar Dagang dan Industri (Kadin).

Kerjasama tersebut dibuat untuk memungkinkan perusahaan-perusahaan yang berada di bawah naungan Kadin segera menggelar Initial Public Offering (IPO). Anggota KADIN sendiri saat ini mencapai puluhan ribu.  "Saya kira, 10% saja mereka masuk bursa sudah bagus," kata Muliaman, Kamis (12/3) di Jakarta.

Selain itu, otoritas juga berharap pemerintah segera memperdalam instrumen pembiayaannya, terutama untuk infrastruktur. Namun, semua itu harus dilakukan secara bertahap.

Dengan memperdalam pasar keuangan dan pasar modal maka kondisi fundamental Indonesia akan lebih baik. Dengan begitu, tekanan global tidak akan mudah mempengaruhi nilai tukar rupiah.

Hal yang sama juga diungkapkan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo. Menurutnya, selain memperdalam pasar keuangan dan pasar modal yang menjadi perhatian BI adalah perkembangan neraca transaksi berjalan.

Hal itu akan menjadi salah satu faktor yang menentukan kebijakan moneter yang akan dikeluarkan. Jika neraca transaksi berjalan tidak menunjukkan perbaikan, maka BI akan tetap mempertahankan kebijakan moneter yang ketat.

Presiden Jokowi sendiri menegaskan, kondisi fundamental dalam negeri sudah cukup baik. Salah satu indikatornya inflasi menunjukkan progres yang positif karena terjadi deflasi. Begitu pun dengan neraca transaksi berjalan, akan terus membaik seiring dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan untuk mendorong ekspor dan menekan impor.

Menurut ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai kondisi fundamental yang sesungguhnya ditunjukkan oleh perbaikan ekonomi. Pasar modal dan pasar keuangan justru akan merespons setiap perubahan kebijakan dan perkembangan ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×