Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi investasi di kuartal IV-2021 sukses naik 12,5% menjadi Rp 241,6 triliun. Namun, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy mengatakan, realisasi investasi di kuartal terakhir itu belum maksimal dalam menciptakan tenaga kerja (TK).
“Hal ini karena sebelumnya penyerapan tenaga kerja dari investasi yang dilakukan di Indonesia relatif bisa lebih tinggi meskipun nilai investasinya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan pencapaian pada Kuartal IV ini,” kata Yusuf kepada Kontan.co.id, Kamis (27/1).
Dia menggambarkan, pada kuartal IV-2016, realisasi investasi total mencapai Rp 159 triliun, namun realisasi serapan tenaga kerjanya dapat mencapai 434.466 orang. Jika dibandingkan dengan periode dalam pandemi pun, menurutnya angka penyerapan tenaga kerja di kuartal IV 2021 ini bukanlah angka realisasi serapan tenaga kerja tertinggi.
Sebab, realisasi tertinggi terjadi pada kuartal II-2021, saat penyerapan tenaga kerja mencapai 311.922. Adapun, di kuartal IV 2021, penyerapan tenaga kerja dari investasi hanya 295.491 orang. Ini naik 0,24% dari periode sama 2020.
Baca Juga: Kementerian Investasi Catat Realisasi Investasi pada Kuartal IV 2021 Tumbuh 12,5%
Selain itu, Yusuf bilang, salah satu alasan kenapa realisasi serapan tenaga kerja fluktuatif cenderung menurun karena pembagian realisasi investasi di sektor sekunder (industri manufaktur) mengalami penurunan setidaknya dalam beberapa tahun terakhir.
Pada tahun 2016 realisasi investasi PMA di sektor industri manufaktur mencapai 57% namun angka ini mengalami penurunan pada tahun ini dengan kisaran proporsi 44% terhadap total investasi yang masuk.
“Angka untuk PMDN pun mengalami tren yang serupa. Padahal kita tahu bahwa industri manufaktur lah yang berpotensi untuk menyerap jumlah angkatan kerja kita dengan jumlah yang lebih besar,” jelas Yusuf.
Untuk itu, Yusuf berharap pemerintah akan terus berupaya melanjutkan reformasi struktural dan juga meningkatkan investasi yang lebih besar lagi. Sebab akan turut berpengaruh terhadap optimalisasi serapan tenaga kerja juga akan lebih tinggi lagi.
Yusuf juga menimbang, ke depannya, untuk meningkatkan realisasi investasi tantangannya cukup berat. Jika melihat pola pertumbuhan yang terjadi di 2020 memang terdapat pola peningkatan pertumbuhan, karena di tahun 2020 pertumbuhan realisasi investasi hanya mencapai 2%.
Baca Juga: Realisasi Investasi Sepanjang 2021 Lampaui Target Pemerintah
Sementara tahun 2021 meningkat menjadi 9%. Untuk mencapai target investasi di tahun 2022, diperlukan pertumbuhan 33%. “Tentu bukan pekerjaan mudah jika melihat dari target yang meningkat secara drastis,” tambahnya.
Upaya tersebut bisa dilakukan dengan memberikan insentif investasi dan meningkatkan koordinasi mencapai target investasi yang di targetkan oleh pemerintah.
Disamping itu, Yusuf bilang, penting juga bagi pemerintah agar dapat mengawal relokasi investasi karena sebelumnya BKPM mengatakan potensi perusahaan investasi yang ingin melakukan relokasi investasi cukup besar dengan potensi penyerapan tenaga kerja hingga 300.000 orang.
“Tentu ini serapan yang besar dan jika bisa dikawal akan menjadi sesuatu yang menguntungkan bagi Indonesia karena dapat memberikan efek multiplier baik ke tenaga kerja dan juga sektor lapangan usaha di dalam negeri,” pungkas Yusuf.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News