Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Sri Hartoyo menyebut investasi membangun Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik (SPALD) butuh biaya besar.
Hal ini terkait dimulainya ground breaking Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Sungai Selayur, Palembang yang merupakan bagian dari Palembang City Sewerage Project (PCSP).
"Karena butuh teknologi tinggi, sewerage itu berada di dalam tanah dan biasanya harus mengalirkan secara gravitasi," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (6/11) di Kantor Kementerian PUPR.
Selain di Palembang, proyek SPALD, ditambahkan oleh Sri juga akan dilakukan di beberapa kota lain antara lain Jambi, Pekanbaru, Makassar.
Sri menyebut, kota-kota tersebut dipilih lantaran memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Karena beberapa proyek tersebut rencananya akan gunakan dana APBN.
"Sewerage adalah sesuatu prasarana yang relatif mahal, jadi kita prioritaskan untuk kota yang sangat padat. Seperti Jakarta, Palembang," sambung Sri.
Nilai proyek PCSP saja mencapai US$ 71,61 juta dengan porsi APBN sebesar US$ 25,4 juta. Sisanya berasal dari hibah Pemerintah Australia US$ 28,9 juta, serta APBD Sumatera Selatan, dan APBD Palembang masing-masing US$ 9,1 juta.
Meski demikian, Sri masih enggan menyebut berapa besaran APBN untuk proyek SPALD selain di PCSP.
"Proyek lainnya ada sumber dana lainnya. Seperti Jakarta dari JICA. Ada sebagian juga dari APBN misalnya yang sifatnya optimalisasi dari sistem yang sudah ada," lanjut Sri.
Untuk PCSP pendanaan dari APBN sendiri akan dilakukan secara tahun jamak (2017-2019), yang ditargetkan akhir November ini akan dilakukan penandatanganan kontrak pekerjaan pembangunan pipa jaringan utama dengan nilai kontrak tahun jamak sebesar Rp 202,9 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News