Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani baru saja kembali dari pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral serta Deputi Keuangan dan Bank Sentral negara-negara G20 di Fukuoka, Jepang, Senin (10/6) kemarin. Di hadapan Rapat Paripurna ke-19 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hari ini, Selasa (11/6), Sri Mulyani menyampaikan poin penting dari pertemuan G20 tersebut terkait kondisi perekonomian global, sekaligus meyakinkan bahwa ekonomi Indonesia tetap stabil.
Sri Mulyani menjelaskan, perekonomian global saat ini masih dipenuhi tantangan dan ketidakpastian akibat eskalasi perang dagang, persaingan geopolitik, dan fluktuasi harga komoditas. Lantas, proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia menurun, investasi dan perdagangan global melemah.
“Pertumbuhan ekonomi dunia dipangkas 0,3% menjadi hanya 2,6% menurut Bank Dunia, 3,3% menurut IMF, dan 3,2% menurut OECD. Pertumbuhan perdagangan global hanya 2,6% merupakan yang terendah sejak krisis keuangan global 2008,” ujarnya.
Hal tersebut berdampak pada perekonomian domestik, yaitu kinerja ekspor Indonesia yang mengalami kontraksi.
Namun, Sri Mulyani menyatakan, perekonomian Indonesia tetap mampu menunjukkan ketahanan. Ini ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi 5,07% pada kuartal I-2019 yang didukung terjaganya permintaan domestik dan kebijakan makroekonomi fiskal dan moneter yang hati-hati (prudent) dan berkelanjutan (sustainable) namun tetap suportif terhadap ekonomi.
Sri Mulyani juga menyampaikan update peringkat utang internasional Indonesia yang telah dinaikkan oleh Standard and Poor’s (S&P) pada Mei lalu menjadi BBB dengan outlook stabil.
“Capaian reformasi ekonomi yang telah dijalankan selama ini juga membawa perbaikan peringkat daya saing yang berdasarkan penilaian IMD World Competitiveness Yearbook (WCY), peringkat daya saing Indonesia naik 11 peringkat menjadi peringkat 32 dunia pada tahun 2019,” lanjut dia.
Kendati begitu, Sri Mulyani mengakui, pemerintah tetap meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global yang terus meningkat. Pemerintah juga akan terus fokus memperbaiki daya kompetisi dan produktivitas ekonomi melalui kebijakan investasi, perdagangan dan pembangunan infrastruktur, serta perbaikan kualitas SDM.
“Reformasi struktural dan kebijakan ekonomi untuk memacu investasi dan ekspor akan menjadi perhatian utama,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News