Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menggalakkan program cetak sawah seluas 1 juta hektare (ha). Tujuannya untuk menggenjot produksi pertanian khususnya padi dalam negeri.
Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori menilai tingkat keberhasilan dari program ini masih belum bisa diprediksi. Bahkan bisa menjadi gagal, apabila tak ada perencanaan yang baik.
"Membuat sawah mudah secara fisik, tapi menjadikannya produktif tanpa gangguan lingkungan, kekurangan air, hama penyakit adalah hal yang sulit," ujar Khudori kepada Kontan.co.id, Rabu (25/9).
Khudori mengingatkan banyak hal yang harus diperhatikan dan diantisipasi dalam pencetakan sawah baru ini.
Kontinuitas dan keberlanjutan poyek amat krusial sebagai bagian perbaikan yang perlu dilakukan. Pasalnya, membuka lahan baru menjadi sawah produktif stabil perlu waktu dalam jangka panjang.
"Apalagi ini konversasi lahan dari rawa, hutan dan padang menjadi pertanian, maka banyak hal yang harus diperhatikan dan diantisipasi," imbuhnya.
Baca Juga: Kejar Kemandirian Pangan, Wamentan: Indonesia Harus Cetak Sawah Baru
Alih-alih melakukan penambahan luas lahan, Khudori bilang, pemerintah perlu fokus terhadap intensifikasi dengan memperbaiki kesehatan tanah, perbaikan ekosistem perbenihan, perbaikan infrastruktur ketersediaan air.
Selain itu, perlu juga perbaikan pemupukan, perbaikan penyaluran subsidi pupuk, pemulihan pelayanan penyuluhan hingga penyediaan pendanaan yang murah untuk usaha tani.
"Kalau semua ini dilakukan plus jaminan pasar dengan harga menguntungkan petani ada peluang penambahan produksi bisa capai 15-30%," jelasnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengatakan, program cetak sawah di Merauke menjadi salah satu upaya pemerintah dalam mencapai kemandirian pangan di tengah meningkatnya jumlah penduduk.
"Tanpa cetak sawah kita mau makan apa? penduduk kita tambah besar yang makan tambah banyak, sementara sawah kita tambah sedikit," ujar Sudaryono dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Rabu (25/9).
Sudaryono menilai intensifikasi lahan tidak cukup untuk mencapai ketahan pangan dalam negeri. Untuk itu perlu ekstensifikasi melalui cetak sawah yang diharapkan dapat menggenjot produksi tanaman pangan khususnya padi.
"Itu untuk menjaga ketahanan pangan nasional," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News