Reporter: Kiki Safitri | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Produksi rempah nasional hanya akan mencapai 342.090 ton, atau naik 5% jika dibandingkan dengan periode 2017 yakni 325.800.
Menurut Ketua Umum Dewan Rempah Indonesia, Gamal Nasir menyebut bahwa kenaikan produksi tidak signifikan bahkan cenderung stagnan. "Mungkin hampir atau tidak sampai 5%, cenderung stagnan ya," kata Gamal kepada Kontan.co.id, Rabu (14/11).
Kenaikan yang sangat tipis dan cenderung stagnan ini dinilai akibat sertifikasi rempah yang masih belum sepenuhnya dilakukan. Padahal pemerintah sudah memprogramkan tanam bibit untuk rempah. "Sampai dengan Oktober, saya kira belum ada peningkatan. Kemarin itu kan pemerintah programnya tanam dan bagi-bagi bibit untuk sertifikasi ya. Kalau ini belum," kata Gamal.
Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Bambang menyebut bahwa penyaluran benih memang belum dilakukan. Hal ini karena terkendala pada saat musim hujan sehingga masa tanam tertunda. "Nunggu hujan jadi pembagian benih belum bisa merata. Nanti November atau Desember baru dibagi. Kalau realisasi benih sudah tinggal penyalurannya," ujar Bambang.
Lebih lanjut Bambang menyebut bahwa ada kenaikan tipis untuk produksi rempah dimana produksi lada dari tahun 2017 sebesar 87.000 ton tahun ini naik menjadi 87.934 ton. "Tidak menurun, tapi meningkat walaupun enggak begitu banyak. Masih ada 3 bulan lagi ini," kata Bambang.
Untuk produksi pala, pada tahun 2017 adalah 34.385 ton sedangkan hingga September ini adalah 34.959 ton. Cengkeh juga mengalami kenaikan produksi sebesar 20.000 ton bulan September 2018 atau naik dibanding Agustus 2018 yakni 11.000 ton. Untuk rempah pala, juga mengalami kenaikan produksi sebesar 19.000 ton atau turun dari Agustus 2018 lalu sebesar 21.000 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News