kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.894   36,00   0,23%
  • IDX 7.203   61,60   0,86%
  • KOMPAS100 1.107   11,66   1,06%
  • LQ45 878   12,21   1,41%
  • ISSI 221   1,09   0,50%
  • IDX30 449   6,54   1,48%
  • IDXHIDIV20 540   5,97   1,12%
  • IDX80 127   1,46   1,16%
  • IDXV30 135   0,73   0,55%
  • IDXQ30 149   1,79   1,22%

Produksi Beras Hadapi Banyak Tantangan, Bulog Singgung Perubahan Iklim


Kamis, 19 September 2024 / 16:07 WIB
Produksi Beras Hadapi Banyak Tantangan, Bulog Singgung Perubahan Iklim
Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Perum Bulog Sonya Mamoriska saat Indonesia International Rice Conference (IIRC) 2024 di Nusa Dua, Bali.


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - NUSA DUA. Produksi beras dihadapkan dengan banyak tantangan dan tengah menjadi perhatian dunia. 

Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan, Perum Bulog Sonya Mamoriska mengatakan salah satu tantangan terbesarnya berkaitan dengan perubahan iklim yang mempengaruhi hasil panen beras ditingkat global. 

"Perubahan ini tidak hanya mengganggu sistem pertumbuhan, tetapi juga memperburuk kelangkaan air, sumber daya penting untuk budidaya padi," kata Sonya dalam Indonesia International Rice Conference (IIRC) 2024 di Nusa Dua, Bali, Kamis (19/9). 

Selain perubahan iklim, industri beras juga bergulat dengan gangguan hama dan gulma yang kian beragam dan sulit diberantas. 

Baca Juga: Erick Thohir Angkat Wahyu Suparyono Sebagai Dirut Bulog, Gantikan Bayu Krisnamurthi

Kemudian, isu peningkatan biaya input seperti pupuk dan energi yang semakin menambah beban petani. 

"Dampaknya banyak petani yang semakin sulit mempertahankan operasi yang menguntungkan," jelas Sonya. 

Lebih jauh lagi, meluasnya konflik geopolitik juga menjadi isu yang menganggu rantai pasok beras secara global. Dampaknya, harga beras  cenderung kerap mengalami perubahan harga yang tak menentu. 

Untuk itu, Sonya menilai tantangan-tantangan ini memerlukan solusi bersama yang kongkrit, inovatif, berkelanjutan. 

Menurutnya, setiap pemangku kepentingan memiliki peran untuk menjaga produksi beras. Misalnya, bagi peneliti diharapkan dapat mengembangkan varietas padi baru yang dapat bertahan terhadap obat-obatan dan hama. 

Sementara bagi pembuat kebijakan adalah menciptakan dan mendukung inovasi, investasi dan praktik berkelanjutan di seluruh rantai pasok industri beras. 

"Perjalanan menuju ketahanan membutuhkan kolaborasi dan tindakan kolektif, pemerintah, pelaku sektor swasta, petani, peneliti, dan masyarakat harus bekerja sama, berbagi pengetahuan, sumber daya, dan teknologi," ujarnya Sonya.

Baca Juga: Program Makan Bergizi Gratis Berpotensi Naikkan Impor Pangan

Diketahui, gelaran IIRC 2024 ini juga diharapkan menjadi wadah untuk mencari solusi bersama terkait isu ketahanan pangan khususnya beras ditingkat global. 

IRRC 2024 sendiri dihadiri oleh ratusan pelaku industri perberasan dari 16 negara di belahan dunia. Adapun acara ini akan berlangsung di Bali pada 19-21 September 2024. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×