CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.513.000   -30.000   -1,94%
  • USD/IDR 15.740   0,00   0,00%
  • IDX 7.244   -140,01   -1,90%
  • KOMPAS100 1.117   -21,26   -1,87%
  • LQ45 887   -14,43   -1,60%
  • ISSI 220   -4,35   -1,94%
  • IDX30 457   -6,42   -1,38%
  • IDXHIDIV20 554   -6,30   -1,12%
  • IDX80 128   -2,00   -1,53%
  • IDXV30 139   -0,11   -0,08%
  • IDXQ30 153   -1,86   -1,20%

Presiden Jokowi: Politikus yang sering menakut-nakuti rakyat itu politikus genderuwo


Jumat, 09 November 2018 / 10:22 WIB
Presiden Jokowi: Politikus yang sering menakut-nakuti rakyat itu politikus genderuwo
ILUSTRASI. PRESIDEN BUKA IDEAFEST 2018


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - TEGAL. Usai menyindir politikus yang tak beretika baik dengan sebutan sontoloyo, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kali ini kembali menyindir politikus dengan sebutan genderuwo.

Politikus genderuwo yang dimaksud Presiden merupakan politikus yang kerap menyebarkan propaganda yang menakut-nakuti masyarakat. Sebab, di tahun politik saat ini, kata Jokowi, banyak politikus yang pandai memengaruhi.

"Yang tidak pakai etika politik yang baik. Tidak pakai sopan santun politik yang baik. Coba kita lihat politik dengan propaganda menakutkan, membuat ketakutan, kekhawatiran," kata Presiden saat memberikan 3.000 sertifikat tanah di GOR Tri Sanja, Kabupaten Tegal, Jumat (9/11).

Tak hanya itu, setelah ditakut-takuti politikus itu kerap membuat sebuah ketidakpastian dan menggiring masyarakat yang tidak benar serta ragu-ragu.

"Cara-cara seperti ini adalah cara-cara politik yang tidak beretika. Masak masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Enggak benar kan? itu sering saya sampaikan itu namanya politik gerenduwo, nakut-nakuti," tambah Presiden.

"Jangan sampai seperti itu. Masyarakat ini senang-senang saja kok ditakut-takuti. Iya tidak? Masyarakat senang-senang kok diberi propaganda ketakutan. Berbahaya sekali," lanjut dia.

Sehingga, ia menilai jangan sampai propaganda ketakutan menciptakan suasana ketidakpastian, menciptakan munculnya keragu-raguan. Apalagi, ia menilai aset terbesar bangsa ini adalah persatuan, persaudaraan, kerukunan.

"Jangan sampai rugi besar kita ini, karena pas setiap lima tahun itu ada pilihan bupati, gubernur, wali kota ada terus. Jangan sampai (pecah) seperti itu," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×