kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Prediksi inflasi BI lebih tinggi dari pemerintah


Senin, 27 Mei 2013 / 20:02 WIB
Prediksi inflasi BI lebih tinggi dari pemerintah
ILUSTRASI. Anda bisa mendapat manfaat kacang hijau jika mengonsumsinya secara teratur.


Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Amal Ihsan

JAKARTA. Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) kembali tampak tak sejalan. Hal ini terlihat dari target inflasi yang ditetapkan keduanya berbeda, dimana pemerintah lebih optimis menyingkapi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). 

Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2013 terlihat target inflasi yang ditetapkan sebesar 7,2%. Sementara BI, melihat dampak kenaikan harga BBM dengan dua harga untuk dua komoditas yaitu premium menjadi Rp 6.500 dan solar sebesar Rp 5.500 akan menambah inflasi 2,46% dari target atas yang sebelumnya diperkirakan +- 4,5%. Artinya, inflasi di akhir 2013 mendatang bisa mencapai 7,76%.

Menurut Gubernur BI Agus Martowardojo perbedaan perhitungan inflasi ini terjadi karena dampak kenaikan inflasi yang dirasa akan jauh lebih lama dibandingkan yang diperkirakan pemerintah. Selain itu BI pun juga menghitung dampak tidak langsung ke tarif angkutan dan juga komoditas lainnya setelah harga BBM naik.

Namun kenaikan ini tidak serta merta membuat BI langsung meluncurkan kebijakan terkait suku bunga acuan (BI Rate). "Kalau APBN-P ini disetujui kami akan siap merespon dengan bauran kebijakan seperti di nilai tukar, likuiditas ataupun makro prudensial," jelasnya selepas Rapat Kerja antara Pemerintah dan BI di DPR, Senin (27/5).

Walaupun begitu, Agus pun menyebut tak menutup kemungkinan perubahan pada suku bunga acuan dilakukan. Tapi hal tersebut bisa dihindari dengan melakukan bauran kebijakan dan juga koordinasi dengan pemerintah. Apalagi jika pemerintah dapat menekan tekanan yang terdapat pada second round effect.

Second round effect yang dimaksud adalah adanya dampak tak langsung yang ditimbulkan akibat kenaikan BBM ini yaitu terhadap komoditas lainnya, dimana didalamnya terdapat volatile food. Seperti diketahui sebelumnya, permasalah inflasi di kuartal 1 lalu lebih karena inflasi di volatile food. Dan kedepannya jika pemerintah melalui Kementerian Pertanian tidak dapat mengendalikan masalah ketersediaan pangan dan holtikultura maka inflasi tidak akan sesuai target pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×