Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Survei Litbang Kompas menunjukkan elektabilitas Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto hanya tersisa 11,1% pada Desember 2013. Jarak elektabilitas Prabowo yang sebelumnya menempel ketat Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo di posisi teratas pun semakin terbuka lebar. Apa yang menyebabkan suara Prabowo kini turun?
Pengamat politik J Kristiadi menilai Prabowo terlalu dini maju sebagai kandidat capres. Padahal, lanjutnya, Prabowo masih memiliki jejak rekam kelam di masa lalu. “Terlalu banyak cacat bawaan dia bawa sejak reformasi,” kata Kristiadi di Jakarta, Kamis (9/1).
Menurut Kristiadi, saat ini masyarakat sudah mulai menyadari soal jejak kelam Prabowo di masa lalu. Meski banyak yang menyebut masyarakat Indonesia cepat lupa, namun Kristiadi melihat banyaknya media massa yang ada membuat masyarakat kian mudah mendapatkan informasi tentang jejak rekam seseorang.
“Semakin mendekati pelaksanaan pilpres, akan banyak sekali kampanye negatif terhadap Prabowo. Ini harus diantisipasi,” ucapnya.
Apalagi, Prabowo tidak memiliki akses ke media massa yang leluasa. Prabowo, sebut Kristiadi, tergerus oleh kuatnya akses kandidat lain seperti Wiranto-Hary Tanoe yang memanfaatkan jaringan MNC Grup dan Aburizal “Ical” Bakrie yang memanfaatkan jaringan Viva Group.
“Jika selalu dibanding-bandingkan dengan Jokowi, Prabowo praktis tidak bisa bersaing karena dia tidak punya jejak rekam keberhasilan. Konsepnya masing mengawang. Sementara Jokowi sudah membuktikan di Solo dan kini di Jakarta, dia pelan-pelan menunjukkan perbaikan,” imbuh Kristiadi.
Dukungan Prabowo Menurun
Elektabilitas Prabowo Subianto menurun berdasarkan survei Libang Kompas. Dari survei pertama pada Desember 2012, Prabowo langsung melejit dengan 13,3% dukungan responden. Suara Prabowo masih bertambah pada survei putaran kedua pada Juni 2013, dengan 15,1% responden memilihnya. Saat itu Jokowi sudah mendapat dukungan 32,5%.
Pada periode ketiga survei pada Desember 2013, alih-alih mempersempit selisih dengan Jokowi yang mendapatkan dukungan hingga 43,5%, Prabowo justru berkurang dukungan menjadi 11,1%.
Rangkaian survei yang digelar harian Kompas menggunakan metode survei longitudinal, yakni meminta pendapat dari responden yang sama. Ketiga survei dilakukan secara tatap muka, dalam tiga periode waktu. Survei melibatkan 1.380 sampai 1.400 responden dari 34 provinsi di Indonesia, survei menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan rentang kesalahan (margin of error) 2,6% dalam penarikan sampel acak sederhana. (Sabrina Asril)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News