kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

PPNI sebut 82% perawat di Indonesia siap untuk jadi penerima vaksin perdana


Jumat, 08 Januari 2021 / 16:54 WIB
PPNI sebut 82% perawat di Indonesia siap untuk jadi penerima vaksin perdana
ILUSTRASI. Warga melintas di depan mural bertemakan Covid 19 di Jakarta, Rabu (30/09/2020). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menyatakan kesiapannya dalam mendukung dan mensukseskan program vaksinasi bertahap yang akan mulai dijalankan Pemerintah dalam waktu dekat.

Dari hasil survei internal yang dilakukan secara acak oleh PPNI sejak bulan Desember 2020 dan disebarkan secara online ke anggota PPNI di seluruh Indonesia, ada 82.04% dari total 1.700 responden menyatakan bersedia menerima vaksin sebagai kelompok pertama yang diprioritaskan oleh Pemerintah.

Ketua Umum PPNI Harif Fadhillah mengatakan, tenaga kesehatan, termasuk di antaranya perawat merupakan kelompok dengan resiko tinggi terinfeksi virus Covid-19. Karena itu, perlindungan kepada tenaga kesehatan harus ditingkatkan, salah satunya dengan vaksinasi.

Baca Juga: BPOM: Izin penggunaan darurat vaksin corona keluar sebelum 13 Januari

Kesadaran akan pentingnya partisipasi tenaga kesehatan dalam program vaksinasi Covid-19, serta banyaknya disinformasi terkait vaksin di tengah masyarakat, mendorong pihaknya untuk berinisiatif melakukan survei internal kepada seluruh perawat di Indonesia. Survei dilakukan kepada perawat baik yang bekerja di rumah sakit, Puskesmas, klinik swasta, maupun mereka yang praktek mandiri dan bekerja sebagai pengajar.

"Menurut hasil survei tersebut, respon yang kami dapatkan dari teman-teman perawat sangat positif, dengan 82.04% responden menyatakan bersedia menerima vaksin sebagai kelompok pertama yang diprioritaskan oleh Pemerintah. Dan 65.99% responden bersedia menjadi relawan pemberi vaksin atau vaksinator," jelas Harif dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Jumat (8/1).

Tak hanya survei, dari dialog-dialog dilakukan dengan anggota PPNI di 34 provinsi di Indonesia, juga tidak menemukan adanya penolakan terhadap program vaksinasi bertahap mendatang.

Adapun keraguan para perawat terkait vaksinasi disebut sebagian besar disebabkan oleh disinformasi terkait vaksin dan ketakutan mereka secara pribadi terhadap jarum suntik. “Meski kami sebagai perawat sudah terbiasa menyuntik orang, ada juga yang dirinya sendiri takut disuntik. Karena pengetahuan mengenai vaksin sudah diberikan kepada tenaga kesehatan di semester awal pendidikannya, jadi hanya perlu diberikan pemahaman lebih lanjut untuk meningkatkan keyakinan mereka,” ujar Harif.

PPNI juga telah mengeluarkan instruksi resmi pada 6 Januari 2021 kepada seluruh anggota yang total jumlah resminya lebih dari 600.000 orang untuk mendukung dan mengikuti program vaksinasi Covid-19 yang dilaksanakan Pemerintah, serta memberikan edukasi kepada masyarakat untuk ikut menyukseskan program tersebut sebagai upaya mempercepat berakhirnya pandemi.

Baca Juga: Begini strategi Sri Mulyani bawa kembali defisit APBN di bawah 3% pada 2023

Perihal keamanan vaksin yang kerap menjadi sorotan, Harif mengatakan bahwa dilihat dari analogi misalnya tenaga kesehatan telah menggunakan berbagai macam obat ketika melayani pasien. Artinya tenaga kesehatan percaya pada obat-obat tersebut dan menggunakannya untuk pasien padahal tidak tahu bagaimana mereka dibuat, alat dan bahan apa saja yang digunakan, dan seterusnya. Hal tersebut dinilai sama saja dengan vaksin.

"Kalau pemerintah sudah mengeluarkan izin edar, saya yakin pemerintah telah menjamin keamanan vaksin tersebut untuk kebaikan rakyat dan tidak akan bertentangan dengan norma yang ada. Saya tidak harus pergi ke Cina untuk melihat pembuatan vaksin misalnya, karena sudah diwakili oleh Badan POM dan para peneliti lainnya. Apalagi yang harus kita ragukan.” ungkap Harif.

Lebih lanjut, Harif sendiri menyatakan bahwa ia siap menjadi perawat pertama yang divaksin di Indonesia.

Selanjutnya: Catatkan rekor 3 hari beruntun, kasus corona tambah 10.617 hari ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×