Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual mengungkapkan, stagnasi posisi cadangan devisa Indonesia yang pada Mei 2025 di angka US$ 152,5 miliar disebabkan oleh faktor musiman.
Padahal tercatat aliran dana masuk ke Indonesia (inflow) dari pasar modal pada Mei 2025 cukup besar yakni mencapai US$ 2,1 miliar dan terdapat indikasi peningkatan kepemilikan asing di instrumen SRBI ditengah penurunan yield. Kemudian pemerintah melalui Kementerian Keuangan juga menerbitkan Samurai Bond sebesar US$ 725 juta pada 23 Mei 2025.
Namun nyatanya aliran dana tersebut belum cukup kuat mengerek posisi cadangan devisa Mei 2024.
Baca Juga: IHSG Anjlok Usai Cadev Turun, Cek Proyeksi dan Rekomendasi Saham Analis, Jumat (9/5)
David menjelaskan beberapa faktor penyebab pergerakan stagnannya posisi cadangan devisa ini. Ia menyebut terdapat tekanan musiman dari kegiatan pembagian dividen oleh perusahaan-perusahaan domestik, pembayaran utang jatuh tempo serta permintaan valuta asing untuk kebutuhan ibadah haji.
"Faktor ini mendorong outflow dalam bentuk pertukaran mata uang asing. Selain itu, stagnasi cadangan devisa juga dapat mengindikasikan adanya intervensi dari BI," ungkap David kepada Kontan, Selasa (10/6).
Baca Juga: Kurs Rupiah Menguat Tipis pada Selasa (10/6) Saat Cadangan Devisa Stabil
David memproyeksikan, ke depan, cadangan devisa Indonesia berpotensi mengalami perbaikan jika ketidakpastian isu perang dagang berakhir. Meski SRBI yang akan jatuh tempo cukup besar yakni mencapai Rp 350,4 triliun pada periode Juni hingga Agustus 2025.
Selain itu, David juga mengingatkan, eskalasi perang dagang global juga perlu diwaspadai dampaknya pada neraca dagang Indonesia, sehingga memberi tekanan tambahan terhadap cadangan devisa.
"Untuk mengantisipasi hal tersebut, mungkin pemerintah dapat mempertimbangkan penerbitan instrumen global seperti Dimsum Bond dan Kangaroo Bond sebagai alternatif untuk meningkatkan devisa," ungkap David.
Lebih jauh David menyarankan, agar pemerintah melakukan langkah-langkah kebijakan lainnya yang dapat mendukung penguatan cadangan devisa mencakup pengetatan aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) untuk mendorong repatriasi devisa.
Selanjutnya: Simak Strategi Erajaya Swasembada (ERAA) pada Tahun 2025, Ini Rekomendasi Sahamnya
Menarik Dibaca: Cegah Depresi, Ini 4 Manfaat Bersih-Bersih Rumah untuk Kesehatan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News