Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja industri manufaktur nampak goyah di bulan Februari 2021. IHS Markit mencatat, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada bulan laporan sebesar 50,9 atau turun dari 52,2 pada bulan Januari 2021.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira melihat, penurunan PMI manufaktur pada bulan lalu menjadi indikasi industri sudah mulai melakukan rasionalisasi target produksi di awal tahun di tengah masih adanya pembatasan aktivitas.
“Pembatasan aktivitas masih terus berlanjut, dan aktivitas belanja masyarakat juga masih rendah. Sehingga, kinerja manufaktur turun di bulan tersebut,” ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Senin (1/3).
Baca Juga: Ada diskon PPN, harga rumah di bawah Rp 5 miliar bisa turun 5%-10%
Tak hanya itu, penurunan kinerja manufaktur juga disebabkan oleh aktivitas ekspor yang kembali melemah, khususnya ke negara mitra dagang utama. Apalagi, negara-negara tersebut memutuskan untuk melakukan kembali pembatasan sosial.
“Memang kecuali China. Namun, mereka juga lebih meminta produk bahan baku, komoditas, dan olahan primer,” tambah Bhima.
Sementara di bulan Maret 2021 ini, Bhima khawatir masih akan terjadi penurunan kinerja manufaktur. Apalagi kalau pembatasan aktivitas masih diberlakukan oleh pemerintah.
Namun, ada harapan kinerja industri ini masih bisa berada di zona ekspansif, terutama industri makanan dan minuman, seiring dengan persiapan puasa dan hari raya Idul Fitri. Ia memperkirakan, PMI Manufaktur pada bulan Maret 2021, PMI Manufaktur akan turun di kisaran 50,2 hingga 50,5.
Selanjutnya: Faktor-faktor ini bakal pengaruhi pendapatan Voksel Electric (VOKS) di tahun ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News