Reporter: Syarifah Nur Aida | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Realisasi pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Batang sebagai penyedia pasokan listrik 2x1000 megawatt (MW) dinilai krusial karena Indonesia setiap tahunnya mematok pertumbuhan listrik sebesar 6-8%.
Manajer Senior Komunikasi Korporat PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Bambang Dwiyanto menilai proyek percontohan Public Private Partnership (PPP) tersebut mampu menjaga pasokan listrik khususnya di Pulau Jawa agar tidak mengalami krisis pada 2017.
"PLTU Batang disiapkan untuk menghadapi pertumbuhan listrik 8,5% di 3 tahun mendatang," ujarnya pada KONTAN, Jumat (25/4).
Rekor beban
Saat ini, pasokan listrik terutama di wilayah Jawa-Bali-Madura memang masih tergolong aman, meski tadi malam terjadi rekor beban puncak sebesar 23.974 megawatt. Hal tersebut diperkirakan karena konsumsi pendingin ruangan yang meningkat akibat panasnya cuaca.
Normalnya, beban pemakaian listrik pada malam hari di tiga wilayah tersebut mencapai 22.500 megawatt. Pada siang hari, jumlahnya berkurang hingga 70%. Konsumsi listrik tidak melebihi pasokan Jawa-Bali-Madura sebesar 30.000 megawatt. Secara nasional, Indonesia mempunyai pasokan 40.000 megawatt. Angka tersebut berada di jaring aman penghitungan pasokan listrik.
Setiap tahun, Indonesia butuh ekstra 5500 megawatt untuk mengimbangi pertumbuhan listrik yang pada muaranya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Di sinilah fungsi PLTU Batang memegang peranan penting. Terlebih, seringkali ada gangguan di sejumlah pembangkit yang menyebabkan pasokan berkurang. "Kalau tidak ada PLTU Batang, krisis listrik Jawa di 2017 bisa terjadi," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News