kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

PKL TA: Daripada digusur, ikut pemerintah saja


Rabu, 14 Agustus 2013 / 09:30 WIB
PKL TA: Daripada digusur, ikut pemerintah saja
ILUSTRASI. Manfaat Pisang untuk Kesehatan Anak


Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Hidup di tempat baru, tentu tidak mudah, terutama bagi pedagang. Hal itu yang dirasakan Abu Bakar (53), salah seorang pedagang kaki lima yang direlokasi dari tepi Jalan Kebon Jati ke dalam Blok G Tanah Abang.

Abu pasrah saat badan gempalnya terdorong-dorong kerumunan masa di lantai 4 Blok G, tempat verifikasi PKL yang sudah mendaftar, Selasa (13/8/2013) siang. Kedatangan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo jelas mengganggu proses verifikasi yang hendak ditempuh olh Abu.

Kepada Kompas.com, pria yang sudah lebih dari 30 tahun berjualan sandal di Jalan Kebon Jati itu mengutarakan kegelisahan pindah ke lapak baru. Bermula saat pria Padang, Sumatera Barat, itu mendaftar ke Blok G pertengahan Ramadhan silam dengan modal KTP Jakarta disertai selembar KK.

"Enggak ada pilihan lain. Harus daftar ke sini, dari pada digusur. Saya ikut pemerintah saja," ujarnya.

Banyak pedagang kaki lima yang sebelumnya sempat berjualan di Blok G dan akhirnya kembali ke jalan akibat sepi pengunjung. Tapi Abu bukan salah satu dari mereka. Ia hanya mendengar cerita- cerita dari rekan PKL-nya, situasi di Blok G itu.

"Makanya, kita belum tahu (di Blok G ramai pengunjung atau tidak). Kita adu peruntungan sajalah. Mudah-mudahan Allah kasih kita jalan," harapnya.

Ingin sekali Abu mengutarakan kegelisahannya itu langsung kepada orang nomor satu di Jakarta. Tapi, langkah sang gubernur yang terlalu cepat serta kerumunan orang yang selalu menyertainya, membuat Abu mengurungkan niat.

Kebutuhan 'sambil lewat'

Kegelisahan Abu cukup beralasan. Irnawati (38), salah seorang warga mengatakan pembeli dagangan para PKL itu bukan seperti pembeli barang grosiran yang telah direncanakan sebelumnya. Kebanyakan, pembeli dagangan PKL adalah warga yang melintas di tepi jalan tersebut.

"Kayak saya, mau ke Stasiun Tanah Abang. Makanya lewat sini (Jalan Kebon Jati). Kalau lagi butuh apa-apa, tinggal mampir ke sini aja," ujarnya sambil menunjuk bekas lapak PKL tepi jalan itu.

Wanita yang tinggal di Bekasi dan bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan swasta di bilangan Harmoni itu menggatakan barang-barang yang didagangkan PKL bukan kebutuhan utama. Misalnya sandal, jilbab, remote televisi dan lainnya. Ia ragu, apa dengan dipindahkannya PKL ke dalam bangunan tertutup, dapat menarik pembeli.

"Apa mau pembeli rela naik ke lantai tiga lantai empat cuma untuk membeli remote TV. Barang begitu kan istilahnya sambil lewat, dibeli," ujarnya.

Infrastruktur dan promosi

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yakin Blok G akan diserbu pembeli. Menurutnya, ketersediaan infrastuktur yang baik disertai promosi yang tepat dapat membuat bibir PKL, tersenyum lebar. Di segi infrastruktur, Jokowi telah mengerahkan beberapa instansi terkait untuk melakukan penataan.

Pembenahan saluran air dn penataan taman dilakukan suku dinas terkait di Jakarta Pusat. Belum lagi pembangunan gerbang utama serta tangga penghubung jalan langsung ke lantai dua agar memudahkan akses pembeli ke dagangan para PKL rencananya rampung bulan ini oleh PD Pasar Jaya.

"Kalau perlu kita promosikan setiap hari. Di sana ada produk apa saja, itu yang diusung," ujarnya. (Tribunnews.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×