kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

PKL Pasar Minggu menjerit


Rabu, 04 September 2013 / 13:13 WIB
PKL Pasar Minggu menjerit
Suasana kost coliving Rukita.


Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Para pedagang kaki lima di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, mempertanyakan nasib mereka yang tak kunjung membaik meski mereka bersedia berdagang di tempat yang telah ditentukan. Mereka merasa relokasi yang diminta oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo justru membuat keuntungan mereka tak menentu.

Saat ini sejumlah pedagang di Pasar Minggu tengah menunggu undian penempatan berdagang di Pasar Minggu ataupun Lokasi Binaan Pasar Minggu. Untuk sementara, mereka masih berdagang di sekitar lokasi yang telah ditentukan itu.

"Saya, sudah daftar, tapi sampai sekarang belum dipanggil buat diundi. Lagian, nih kalau sudah dipanggil mau ada yang beli memangnya?" ujar Amin, pedagang sayur di halaman Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (4/9/2013).

Menurut Amin, percuma saja jika para pedagang pindah ke dalam pasar, tetapi masih ada pedagang yang berjualan di luar. Ia mengatakan, pembeli akan lebih memilih berbelanja di luar daripada di dalam pasar.

Amin mempertanyakan tentang nasib yang terjadi pada para pedagang saat ini. Ia merasa pedagang semakin tertindas. Walaupun disediakan tempat, menurut Amin, tempatnya itu tidak layak.

"Titip sama Jokowi, kenapa pedagang nasibnya jadi begini? Pedagang menjerit loh, pedagang kesiksa, mau gimana Jokowi?" ujar Amin.

Hal yang sama juga dirasakan oleh pedagang yang berjualan di sekitar Lokbin Pasar Minggu dekat Terminal Pasar Minggu. Mumun, pedagang ayam di sebelah lokbin, merasa nasib pedagang sekarang penuh derita.

"Saya terpaksa ikut pengundian. Kalau enggak karena tidak boleh jualan di jalan, saya enggak akan daftar," katanya.

Ia menuturkan, sebelum pindah ke tempat baru, ia bisa menjual 300 ekor ayam setiap hari. Sekarang, menjual 50 ekor ayam pun tidak habis. "Saya masukin saja lagi ke freezer," ujarnya.

Menurut Mumun, sejak Jokowi menjabat sebagai gubernur, nasib pedagang di sana merana. Ia meminta tanggung jawab Jokowi. (Sonya Suswanti/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×