kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pilkada lewat DPR, tim sukses mau diapakan?


Sabtu, 27 September 2014 / 11:43 WIB
Pilkada lewat DPR, tim sukses mau diapakan?
ILUSTRASI. Stiker kode QRIS palsu pada kotak amal yang dipasang oleh oknum warga telah dirobek oleh pengurus Masjid Nurul Iman di Blok M Square, Jakarta,


Sumber: Kompas.com | Editor: Uji Agung Santosa

UNGARAN. Pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kabupaten Semarang rencananya akan digelar pada Juli 2015. Sejumlah nama muncul sebagai kandidat calon Bupati dan wakil bupati. 

Bahkan sebelum UU Pilkada disetujui oleh DPR kemarin, Komisi Pemilihan Umum setempat sudah menyiapkan tahapan sesuai pilkada Langsung. 

Salah satu kandidat yang sudah menyatakan akan maju dalam Pilkada 2015 adalah Bupati Semarang Mundjirin. Saat berbincang dengan Kompas.com, Bupati usungan PDIP ini berharap pilkada tetap akan digelar secara langsung, bahkan dia mengaku sudah membentuk tim sukses. 

Namun jika ketentuannya pilkada akan melalui mekanisme DPRD sesuai UU Pilkada 2014, dia mengaku tidak mempunyai gambaran ke depan seperti apa termasuk apa yang akan dilakukan oleh tim suksesnya. 

"Ya sangat berubah kalau begini ini. Berubahnya bagaimana saya ndak tahu. Saya juga tidak tahu tim suksesnya mau diapakan. Saya masih punya tim laskar pelangi kan? Bukan tidak perlu, tetapi mau apa ya," kata Mundjirin, dengan ekspresi meminta jawaban. 

Perubahan dari pilkada langsung menjadi kembali dipilih DPRD, kata Mundjirin, tidak hanya membingungkan para kandidat yang sudah terlanjur menyusun strategi pemenangan. Namun bagi masyarakat hal itu akan menyulitkan mereka yang terbiasa menyampaikan aspirasinya langsung kepada kepala daerah. 

"Ya kalau seperti dulu lagi, strateginya saya tidak tahu seperti apa. Apakah memang menjadi suatu bargaining kuat sehingga saya berpikir, wah saya harus memikirkan masyarakat tetapi juga harus memikirkan legislatif. Sebab kalau legilatif tok masyarakat akan protes," ujarnya. (Syahrul Munir)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×